13.12.10

Takut . . . . .


Apa itu takut?



Pernahkah kita dihinggapi rasa takut?



Apa yang dilakukan ketika kita merasa takut?





Aku pernah mengalami itu. Rasa takut yang kadang berlebihan kepada suatu hal, dan yang paling sering adalah "Ketakutan menghadapi masa depan." Hemm.



Terkadang kita mengalami ketakutan-ketakutan akan sesuatu yang belum akan kita alami. Ketakutan tersebut terkadang (bahkan seringnya) berakumulasi menjadi satu sehingga membuat sugesti tersendiri bahwa saya “takut” untuk menghadapinya. Bahkan lebih dari itu, saya pun bisa jadi salam mempersepsikan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Akhirnya di masa yang sedang dihadapi saat ini, saya mengalami "Trauma Persepsi". Mungkin hal tersebut dialami tidak hanya pada saya, mungkin ada diantara kalian pula yang mengalami hal serupa.



Terkadang, atau bahkan seringnya mengalami kejadian, saya takut ketika menghadapi sesuatu yang dalam pikiran saya adalah sesuatu yang sangat besar yang ketika itu gagal, akan mengubah setidaknya rencana besar yang ada di hidup saya. Contoh simpelnya begini, saya takut menghadapi dosen pembimbing PPL untuk meminta tanda tangan RPP. -contohnya ngambil yg faktual aja masalah PPL he he he- Karena ada isu yang berkembang bahwa jika dalam rentang waktu hingga saat itu belum menghubungi dosen pembimbing maka akan dipersilahkan mengulang PPL di tahun depan. Dari isu tersebut mulalilah muncul rasa ketakutan-ketakutan yang merambat pada stabilitas kehidupan saat ini. Dalam benak saya, ketika saya harus PPL di tahun depan lagi, maka akan menghambat rencana kelulusan yang telah di rancang jauh sebelum kejadian itu terjadi.



Apa akibat dari ketakutan itu? Jadi susah makan, bad mood, kepikiran terus-terusan, pokoknya kita jadi memikirkan sesuatu yang belum tentu itu yang akan terjadi nanti. Namun ketika bisa memberanikan diri untuk menghadapinya, seburuk apapun dapaknya, setidaknya kita telah memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan. Dan ternyata apa hasilnya? Tidak sesuai dengan ketakutan-ketakuan yang menjalari pikiran yang berdampak pada kestabilan kehidupan. Diomelin sebentar, RPP diterima, ditandatangani, allamdulillah aal izz well ^_^



Ternyata ketakutan itu hilang, bahkan menjadi ketakutan yang berlebihan saja ^_^



Alhamdulillah, dengan doa, usaha, tawakal dan sedikit saja keberanian untuk menerima kenyataan, semua ketakutan sirna ^_^





Ada contoh lain dari ketakutan itu sendiri. Kadang, saya takut untuk pergi ke dokter. Saya takut untuk mendengar vonis dari dokter atau saya takut mendengar analisa dokter akan penyakit yang saya derita. Padahal, kalau saya tidak ke dokter, usaha apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi sakit yang saya derita itu? Intinya adalah saya tidak siap dan tidak berani untuk menghadapi penyakit yang saya derita, dan saya terus menerus dihantui oleh pertanyaan, kira-kira saya sakit apa ya? Padahal mungkin saja penyakit yang sebenarnya tidak seseram yang saya bayangkan.





Contoh yang mungkin juga sering kita hadapai, kita sering mengalami ketakutan-ketakutan yang itu belum akan terjadi. Misalnya, saya takut dengan tanggal tertentu atau momen tertentu yang dimana anggapan saya adalah pada saat-saat itu saya akan merasa rapuh, atau merasa sakit atau hal-hal lain yang mungkin akan menguras emosi -ceilah-. Sehingga ketika saya dari sekarang memikirkan momen-momen "danger" itu, saya merasa masa disaat saya memikirkan hal itu, maka disaat itu bisa jadi saya mengalami ketidakstabilan kondisi. Padahal belum tentu kejadian pada momen itu adalah seperti apa yang saya takutkan, bisa jadi saya akan baik-baik saja saat itu. Dan seringnya, itu terbukti benar., bahwa saya baik-baik saja ^.^/



Jadi akhirnya saya berpikir, untuk apa saya memikirkan hal-hal yang berlebihan akan sesuatu yang belum terjadi?? Yang ada hanya menguruas pikiran, tenaga, waktu, hmmmm apa lagi ya yang dikuras? :D dan membuang-buang energi saja. Apalagi ketka waktu kita hanya dihabiskan untuk berlarut-larut memikirkan tanpa mencari solusi alternatif dalam mengatasi ketakutan-ketakutan yang terjadi pada masa yang akan datang nanti. Sepertinya itu akan membuat kita menjadi lebih bijak dalam memikirkan dan bertindak atas persoalan yang belum terjadi, juga mengajarkan kita untuk berani menerima kenyataan sepahit apapun yang berhubungan dengan sesuatu yang belum terjadi.



Intinya adalah BERANI

Berani menerima kepahitan

Dan yang terpenting adalah berani menerima dan menghadapi kenyataan..



"Dari Sa'ad Ibnu Waqqash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setiap selesai sholat selalu memohon perlindungan dengan doa-doa: (artinya = Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur)." Diriwayatkan Bukhari.



*Samarinda, 12 Des 2010

*Di bawah selimut dan ditemani embun pagi

0 komentar:

Post a Comment