22.12.10

Untukmu Para Instruktur [Renungan Untuk Diri Sendiri]


Libur telah tiba,libur telah tiba

Hore,Hore,Hore

Simpanlah tas dan bukumu

Lupakan keluh kesahmu

Libur telah tiba,libur telah tiba

Hatiku gembira!

Libur sekolah merupakan waktu yang ditunggu-tunggu bagi semua anak sekolah, apalagi setelah berjibaku dengan ujian yang dirasa cukup menguras energi dan pikiran. Liburan merupakan sarana yang tepat untuk memulihkan hati, pikiran, dan mempersiapkan diri menuju semester berikutnya yang tentu saja akan lebih berat tantangannya dibandingkan dengan semester yang telah lalu. Maka dari itu, banyak yang memanfaatkan libur untuk liburan, rekreasi, jalan-jalan, atau hanya di rumah dengan aktivitas yang berbeda dari biasanya, yakni bersantai (Loh bukannya tiap hari juga aktivitasnya bersantai?) ^_^

Namun ada juga yang memanfaatkan sarana liburan untuk menebar kebaikan. Bak jamur yang sedang tumbuh di musim hujan, saat liburan inilah moment yang sangat pas bagi kader Pelajar Islam Indonesia untuk melebarkan sayapnya menebar kebaikan dan mencetak generasi Muslim yang Cendekia dan Pemimpin. Dalam prosesnya itu, harus ada kesadaran dari dalam diri untuk rela mengorbankan watu liburnya, dimana yang lain bisa bersantai, namun bagi kader PII harus berjibaku dalam urusan pentrainingan, mencari dana, mencari peserta, mengurus masalah teknis dalam seminggu pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Pun demikian bagi seorang Instruktur. Peran yang diembannya juga tidaklah mudah. Saya ingin menganalogikan dengan proses menanak nasi. Ketika kita sedang menanak nasi, kita melakukan proses perubahan yang revolusioner, dari mengubah butiran beras menjadi sepiring nasi hangat yang dapat dimakan.

Bagaimana seorang instruktur berperan dalam proses analogi menanak nasi ini? Seorang instruktur harus mempunyai skill memasak, tahu dengan jelas jenis beras yang akan dimasaknya dan bagaimana mengolahnya walau dengan jenis beras yang berbeda-beda. Dan tidak lupa, seorang instruktur juga harus mempersiapkan perlengkapan memasak yang terbaik yang ia punya. Ia harus mempersiapkan peralatan masak yang baik, bumbu racikan yang mantap, dan tak lupa peralatan makan yang cantik.

Bagaimana jika seorang instruktur tak mampu mengusahakannya? Mempersiapkan masakan dengan skill yang apa adanya, bumbu seadanya, dan peralatan makan yang apa adanya (daripada tidak ada, katanya). Jika itu yang terjadi, dan menyadari kelemahan pada proses memasaknya yang dirasa kurang dalam beberapa hal, maka ia harus mempunyai kemauan untuk meningkatkan skill yang ia punya disertai niat yang kuat serta keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk sebuah kebaikan.

Saya tertarik dengan sebuah kalimat ini:

"Bagaimana mungkin bisa mendapatkan nasi yang matang dengan sempurna jika kita memasaknya dengan panci yang bolong."

Hmmmm maksudnya gimana tuh?... Ya, bagaimana kita akan mencetak seorang kader yang Muslim, Cendekia, Pemimpin jika apa yang ada dalam diri kita belum mampu mengaktualisasikan hal tersebut, atau belum mengusahakan memenuhi kriteria itu.

Jadi instruktur itu, memiliki beban moral yang sangat besar. Namun, juga berpotensi menghasilkan ladang pahala yang juga sangat besar. Mengaktualisasikan kriteria kader Muslim Cendekia dan Pemimpin, mencetak kader yang komitemen terhadap kePelajaran, keIslaman, dan keIndonesiaan, dan yang penting menyadarkan kepada generasi muda akan peran dan tanggung jawabnya sebagai abdullah dan khalifah, sebelum itu semua ditransformasikan kepada kader yang dibina, bukankah itu semua harus ada dulu dalam diri seorang instruktur??

Bagaimana kalau itu belum atau tidak dimiliki oleh seorang instruktur? Kalau belum, semoga memiliki kesadaran untuk meraihnya. Namun kalau tidak, maka aktivitas keinstrukturan yang dilakukan mungkin hanya sebagai penggugur tanggung jawab yang telah diikrarkan, atau memenuhi kebutuhan pentrainingan. Maka aktivitas yang dilakukan tak ubahnya hanya sekedar menyampaikan informasi, tanpa ada ruh dalam proses transformasi nilai. Dan, tak ubahnya seperti lilin yang menerangi orang lain namun membakar dirinya sendiri. Dan semoga kita tidak termasuk orang yang dimaksud dalam surah berikut ini:

"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?"

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan."

Q.S. Ash Shaff : 2-3

Namun, semoga kita menjadi orang yang termasuk mendapatkan seperti di bawah ini:

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,

niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.

Q.S. Ash Shaff : 10-12

Musim training telah tiba, ratusan calon kader siap untuk dibina. Maka, lakukanlah tugas dengan sebaik-baiknya wahai para Instruktur, persiapkan diri sebaik-baiknya. Tingkatkan amal ibadah harian, maka itu akan menambah kuallitas kefaqihan. Tingkatkan wawasan dan ilmu, maka itu akan menambah kualitas keilmuan. Mari kita semua sama-sama belajar dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketaqwaan.

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)."

Q.S. Al Anfaal : 60

Sampaikan salam dan semangat untuk para Instruktur dimanapun berada. Sampaikan semangat untuk Panitia yang berusaha mensukseskan kegiatan. Sampaikan salam persaudaraan untuk calon kader dimanapun ia akan dibina. Semoga Allah memudahkan langkah-langkah kita dalam menggapai ridho-Nya.

Saya Berbicara Tentang Tulus, Ikhlas, Dan Sebagainya.....


Beberapa minggu ini, ketika aku mengucapkan kata "tulus" atau "ikhlas" ternyata banyak yang berkomentar, atau berkata, bahkan memprotes,. "ikhlas itu tak semudah diucapkan" "ah bohong saja yang bisa bilang ikhlas itu" "ikhlas itu susah" "emang ada yang bisa memaafkan dengan tulus?" Aku tersenyum (dengan ikhlas ^.^) mendengarnya. Setidaknya ada beberapa kesimpulan yang aku bisa simpulkan, bahwa ikhlas itu tidak hanya menjadi hak milik satu orang saja, namun menjadi perkara atau aktivitas yang bisa dilakukan oleh semua orang dan WAJIB dilakukan ketika ada beberapa persoalan yang menuntut untuk kita untuk berlaku ikhlas. Kembali ke pernyataan dan komentar beberapa orang mengenai tulus dan ikhlas, saya tidak bisa menyalahkan itu semua, karena ya memang benar adanya,. Namun,. Ikhlas itu bukan berarti tidak bisa diupayakan.. Saya percaya jika ada yang pernah bilang bahwa ikhlas itu susah,, saya juga tahu bahwa tulus itu tak mudah.. Maka,, apa yang seharusnya kita lakukan??.. Jawabannya ya ikhlas ^_^ jika kau bisa berlaku ikhlas, maka kau akan bisa mendamaikan hati dan hidupmu. Kau juga mampu meredam iri hati, dengki, dan mampu membunuh dendam.. Hidupmu akan tenang dan pasti mampu merasakan manisnya buah keikhlasan.. Jika kau tidak mampu ikhlas, itu hanya akan membunuh hidupmu dan hari-harimu.. Terkadang ada yang berbicara bahwa "saya ikhlas" namun dalam kenyataannya ada saat-saat dimana orang tersebut tidak mampu mengaplikasikan pernyataannya tersebut. Lantas apakah orang tersebut salah?.. Hemm,, bisa jadi ketika ia berbicara seperti itu, ia sedang berusaha mengupayakan ikhlas tersebut. Sepakat kan kalau berlaku ikhlas itu susah? Maka bantulah ia mengupayakan ikhlas itu... Saya lebih salut kepadanya daripada orang yang cenderung menyalahkan diri maupun takdir, atau orang yang putus asa atas ujian yang dihadapinya dan putus asa dari rahmat Allah yang begitu luasnya.. Saya tahu bahwa praktek ikhlas tak semudah teorinya, aplikasi ikhlas tak semudah ucapannya.. Namun bukan berarti ikhlas itu tidak dapat dilakukan. Ikhlas itu HARUS diupayakan, PANTAS diperjuangkan, dan LAYAK untuk dilakukan.. Mari kita bersama-sama belajar dan mengaplikasikan ilmu ikhlas, walau kualitas ikhlas kita tak seperti ikhlasnya Nabi Ibrahim As mengorbankan anaknya demi melaksanakan titah TuhanNya..

19.12.10

Bersyukur Aku Masih Mempunyai Ayah


Beruntung aku masih mempunyai ayah...

Tempat ku bersandar di kala lelah..

Tempat mengadu dikala gundah..

Menjadi andalan saat ku lelah...


Beruntung ku masih memiliki ayah...

Sang pelindung kala aku lemah...

Pemberi semangat ketika penat...

Menyeka peluh setiap saat..


Beruntungnya aku masih memiliki ayah..

Lelaki pencinta yang cintanya bukan tanpa makna..

Lelaki pemberi janji yang janjinya bukan tanpa arti...

Lelaki tegap bertanggung jawab tanpa sedikitpun meremehkan dan mengingkari tanggung jawabnya...


Dan aku pantas untuk berbahagia memiliki ayah,..

Ayah jagoan di seluruh kehidupan..

Ayah andalan tanpa pernah diragukan..


Dan aku kini mengucap syukur karena masih diberi kesempatan hidup dan mengisi kehidupan ayah...



Catatan singkat untuk ayah juara no 1 di dunia,... Sampai detik ini tidak akan ada yg menggantikan posisimu dlm hidupku,..

18des10

18.12.10

Ketika Sebuah Apel Jatuh di Atas Kepala Newton


Ketika wabah sedang melanda kota Cambridge, Inggris pada tahun 1666, Isaac Newton memutuskan mengungsi sementara di luar kota. Suatu hari, ketika dia sedang berjalan-jalan di taman, dia melihat sebuah apel jatuh. Apel tersebut jatuh begitu saja, seolah-olah diraih dari bawah oleh sebuah tangan tidak kelihatan. Versi lain dari cerita ini, yang lebih dramatis, apel tersebut jatuh ke atas kepala Newton ketika dia sedang tertidur di bawah sebatang pohon. Mana yang benar kita tidak tahu. Yang kita tahu, cerita tersebut dianggap menginspirasi Newton menemukan hukum gravitasi.

Cerita tersebut sungguh menarik, dan hampir semua dari kita pernah mendengarnya. Cerita tersebut tentu turut menyumbang kepercayaan kita bahwa penemuan hukum gravitasi oleh Newton adalah buah kejeniusan yang muncul mendadak. Sesaat sebelum apel tersebut jatuh, hukum gravitasi belum ada. Apel jatuh; hukum gravitasi mulai menemukan bentuknya di benak Newton. Hanya, dan hanya seorang jenius seperti Newton yang bisa melakukannya. Tidak perlu kerja keras bertahun-tahun untuk merumuskannya.

Sayangnya, cerita apel jatuh tersebut kemungkinan adalah cerita fiktif yang dikarang oleh Voltaire. Dan andaikata pun cerita tersebut nyata, Newton tidak serta merta menemukan teori gravitasi. Untuk menemukan hukumnya yang terkenal itu, Newton kemudian menghabiskan waktu bertahun-tahun memenuhi seluruh catatannya dengan coretan tangan dan mengukur gerakan pendulum dengan teliti. Teori gravitasi tidaklah lahir begitu saja dalam momen singkat tersebut. Seorang Newton pun membutuhkan waktu sekitar dua puluh tahun sebelum berani merumuskan hukumnya dalam buku Principia yang diterbitkan pada tahun 1687.

Newton sendiri mengakui dia harus berpikir terus menerus selama bertahun-tahun untuk merumuskan hukum gravitasi. Kita mengenal Newton sebagai sosok jenius, tetapi di masa mudanya, para teman-temannya mengenalnya sebagai sosok yang gigih luar biasa. Newton menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk berpikir dan berpikir. Tidak ada seorang pun yang berpikir sekeras Newton di jamannya. Bahkan bila dia tidak “dipaksa” melakukan percobaan untuk membuktikan teori-teorinya, teman-temannya kuatir dia akan meninggal karena belajar dan berpikir tanpa henti, dan lupa menjaga tubuhnya. Dia bahkan sering lupa untuk makan, dan dia juga benar-benar lupa untuk menikah karena Newton hidup melajang sampai akhir hayatnya.

Kegigihan Newton bisa dilihat ketika dia bertekad menguasai buku matematika karangan Rene Descartes, Geometry. Newton berkali-kali mengalami kesulitan memahami buku tersebut dan sering harus berhenti membaca setelah beberapa halaman, dan mengulangi dari awal sampai dia benar-benar memahami materinya. Setelah itu, dia akan meneruskan beberapa halaman berikutnya sampai menemukan kesulitan lagi. Demikian seterusnya hingga di menguasai seluruh buku tersebut. Siapa yang mengatakan Newton tidak perlu belajar lebih keras dari kita? Newton pun jelas tetap membutuhkan kerja keras untuk belajar.

Kita jelas harus mengakui Newton adalah seorang jenius dan hampir semua orang sepakat menempatkannya sebagai ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Seperti yang ditulis oleh teman karibnya, Alexander Pope di batu nisan Newton: Tuhan menciptakan Newton, dan terkuaklah hukum-hukum alam. Kita memang layak mengagumi karya-karya Newton. Namun semoga sekarang kita bisa mengagumi sesosok jenius tersebut karena buah kerja keras dan kegigihannya yang tak kunjung henti.

***

Ilmuwan yang berhak menerima tongkat estafet dari Newton tentu saja hanya satu orang. Albert Einstein. Dan sama seperti kisah Newton yang penuh romantisme, kisah Einstein juga tidak jauh berbeda. Einstein sering digambarkan tumbuh dalam lingkungan yang kurang bersahabat, dan mengalami keterlambatan perkembangan mental ketika masih kecil karena belum bisa berbicara lancar sampai usia empat tahun. Einstein juga pernah ditolak masuk ke perguruan tinggi dan harus mencoba masuk lagi setahun kemudian. Tetapi entah kenapa, tiba-tiba dia berubah menjadi seorang jenius ketika bekerja di kantor hak paten di Zurich. Inilah kisah jenius yang sesungguhnya. Tidak ada penjelasan lain yang bisa menjelaskan pencapaian Einstein yang tiba-tiba seperti itu.

Tentu saja sebagian dari cerita tersebut memang berdasar. Einstein memang sering terlihat gagap berbicara ketika masih kecil, tetapi hal itu bukan karena keterlambatan perkembangan mentalnya. Sebaliknya, Einstein kecil kelihatannya memiliki kecenderungan untuk berusaha berbicara dalam kalimat yang lengkap. Dari kecil dia juga sudah menunjukkan imajinasi luar biasa, dan terutama tertarik dengan cara kerja benda-benda.

Sementara fakta bahwa Einstein pernah ditolak masuk ke perguruan tinggi memang benar, tetapi penjelasannya karena waktu itu Einstein dianggap belum cukup umur. Waktu itu, umurnya kurang dua tahun dari persyaratan minimum. Seorang profesor yang terkesan dengan kecerdasan Einstein waktu itu mengundangnya untuk ikut dalam kuliahnya sambil menunggu dia cukup umur untuk diterima.

Sementara cerita bahwa Einstein dilahirkan di lingkungan yang kurang mendukung juga tidak sepenuhnya benar. Memang benar keluarga Einstein adalah Yahudi yang hidup di Jerman, tetapi keluarga Einstein tidak pernah mendapatkan masalah berarti karena ras mereka. Mereka tinggal di apartemen yang cukup bagus di kota Ulm, bagian selatan Jerman dan kemudian pindah ke Munich. Keluarga Einstein yang harmonis dan berpendidikan tinggi sangat mendorong anak-anak mereka dalam belajar dan mengeksplorasi minat mereka. Einstein muda tidak pernah kekurangan buku-buku terbagus pada jaman itu dan dia melahap semua buku-buku yang disediakan untuknya. Pada umur 13 tahun Einstein sudah membaca buku Immanuel Kant Critique of Pure Reason. Dia juga mencintai musik dan kelak terkenal dengan permainan biolanya yang piawai.

Paman Einstein, Jacob adalah seorang insinyur berpengalaman. Pada tahun 1880, ayah Einstein dan Jacob patungan membuka usaha yang kemudian masuk ke bidang baru, teknik listrik. Selama puncak kejayaannya, perusahaan mereka mempekerjakan 200 karyawan. Einstein yang sering berkunjung ke pabrik tersebut tidak pernah ketinggalan perkembangan teknologi listrik terkini, apalagi ayah dan paman Einstein tidak segan-segan membelanjakan uang mereka untuk membeli mesin-mesin hasil inovasi terbaru.

Jacob, dan paman Einstein yang lainnya, Caesar Koch, menyayangi Einstein dan membantu perkembangan mental Einsten muda dengan menjadi mentor dan membelikan anak yang penuh semangat belajar tersebut buku-buku matematika terbaru. Pada umur sepuluh, Einstein berkenalan dengan Max Talmud, yang banyak membantunya kemudian. Talmud adalah tamu keluarga dan masih berusia dua puluh satu tahun waktu itu. Kecerdasan dan keluasan pengetahuannya banyak membantu perkembangan mental Einstein, terutama di bidang matematika.

Dan ketika Einstein masuk ke perguruan tinggi, dia sudah menghabiskan belasan tahun mendalami matematika dengan minat tinggi dari orang-orang yang berkompeten dan menaruh perhatian pada perkembangannya. Kejeniusan Einstein tidaklah muncul tiba-tiba sebagaimana banyak dipercaya orang selama ini. Dia mendapatkannya melalui ketekunan belajar, dan tak kalah pentingnya, dukungan dan bimbingan dari keluarga dan orang-orang yang mencintainya selama belasan tahun.

Kisah kedua jenius besar tersebut – Newton dan Einstein – dengan jelas memperlihatkan betapa panjangnya persiapan yang harus mereka jalani sebelum mampu menghasilkan karya besar mereka. Mereka mungkin saja diberkati dengan kecerdasan di atas rata-rata, tetapi mereka tetap harus menekuni terlebih dahulu bidang mereka setidaknya selama belasan tahun sebelum mampu melahirkan karya agung mereka. Kejeniusan mereka yang kita kenal selama ini tidak muncul begitu saja dari ruang hampa.

Tentu saja sekarang kita sudah melihat banyak contoh pentingnya kerja keras di semua bidang. Namun apakah kerja keras belaka cukup? Jelas tidak sesederhana itu. Siapa pun pasti bisa menemukan contoh orang yang sudah bekerja keras belasan atau malah puluhan tahun dan yang didapatkan bukannya keahlian, melainkan penyakit dan kesengsaraan. Adakah yang lebih menyedihkan dari itu? Kita sudah menginvestasikan belasan tahun bekerja keras dan kemudian menemukan semua waktu yang sudah kita habiskan sia-sia belaka. Jika Anda tidak yakin kerja keras saja adalah jawabannya, maka Anda benar. Tidak semua kerja keras mampu membawa Anda ke tempat yang diinginkan. Kerja keras yang dibutuhkan adalah kerja keras dengan cara yang benar. Kita akan mengupas lebih jauh mengenai hal tersebut di artikel-artikel berikutnya, dimulai dari kisah seorang individu yang dikenal dengan nama SF.

http://itpin.orangenexus.com/2010/12/05/ketika-sebuah-apel-jatuh-di-atas-kepala-newton/

Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam


Hmmm,.. ada beberapa yang request catatan bertemakan ini,.. Okelah saya kabulkan,.. tapi copy paste aja yah,.. soalnya belum punya pengalaman heheh... Semoga bermanfaat dan kita sama-sama belajar ^_^



****



Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat kita.



Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.



Lalu bagaimanakah supaya kita selamat dalam memilih pasangan hidup untuk pendamping kita selama-lamanya? Apakah kriteria-kriteria yang disyariatkan oleh Islam dalam memilih calon istri atau suami?



A. Kriteria Memilih Calon Istri

Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :



1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)



Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.



Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)

Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)



Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :



“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)

Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)



2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)



Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.



Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :



a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara sempurna.



b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan seperti itu.



3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.

Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :



Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”



4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.

Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas.



Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.



Di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.





B. Kriteria Memilih Calon Suami

1. Islam.

Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)



2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.

Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)

Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.

Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :



Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)



Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :

“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”



Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.

Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Wallahu A’lam Bis Shawab.



http://gugundesign.wordpress.com/2009/03/18/kriteria-memilih-pasangan-hidup-menurut-islam/#comment-1247

14.12.10

Ku Akan Selalu Ada,... Untuk Kita,......


jika kita terjatuh, terjatuhlah bergantian



jika kita merasa sakit, sakitlah bergantian



jika kita kecewa, kecewalah bergantian



jika kita terluka, terlukalah bergantian





Jadi, akan ada tangan yang menyambutku ketika aku terjatuh



akan ada punggung yang kuat menopangku, ketika aku sakit



akan ada bahu yang kokoh yang akan menampungku, ketika aku kecewa



akan ada pengobat hatiku ketika aku terluka..





Begitu juga dengan kau....



Tak perlu merasa sunyi dalam kesendirianmu....



Karena akan banyak telinga yang mendengar keluh kesahmu.....



Akan banyak air mata yang mengalir untuk menguatkanmu.....



Akan banyak tawa yang hadir untuk menghiburmu....



Ada jutaan nasehat dan pelajaran hidup yang akan datang mengisi lukamu....





Namun, jika kita terjatuh, sakit, kecewa, luka bersama-sama,....



Punggungku masih kuat untuk menopang kegundahan kita,.....



Malamku masih panjang untuk bermunajat tentang kita,.....



Dan senyumku masih akan hadir untuk kita,.......

13.12.10

Takut . . . . .


Apa itu takut?



Pernahkah kita dihinggapi rasa takut?



Apa yang dilakukan ketika kita merasa takut?





Aku pernah mengalami itu. Rasa takut yang kadang berlebihan kepada suatu hal, dan yang paling sering adalah "Ketakutan menghadapi masa depan." Hemm.



Terkadang kita mengalami ketakutan-ketakutan akan sesuatu yang belum akan kita alami. Ketakutan tersebut terkadang (bahkan seringnya) berakumulasi menjadi satu sehingga membuat sugesti tersendiri bahwa saya “takut” untuk menghadapinya. Bahkan lebih dari itu, saya pun bisa jadi salam mempersepsikan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Akhirnya di masa yang sedang dihadapi saat ini, saya mengalami "Trauma Persepsi". Mungkin hal tersebut dialami tidak hanya pada saya, mungkin ada diantara kalian pula yang mengalami hal serupa.



Terkadang, atau bahkan seringnya mengalami kejadian, saya takut ketika menghadapi sesuatu yang dalam pikiran saya adalah sesuatu yang sangat besar yang ketika itu gagal, akan mengubah setidaknya rencana besar yang ada di hidup saya. Contoh simpelnya begini, saya takut menghadapi dosen pembimbing PPL untuk meminta tanda tangan RPP. -contohnya ngambil yg faktual aja masalah PPL he he he- Karena ada isu yang berkembang bahwa jika dalam rentang waktu hingga saat itu belum menghubungi dosen pembimbing maka akan dipersilahkan mengulang PPL di tahun depan. Dari isu tersebut mulalilah muncul rasa ketakutan-ketakutan yang merambat pada stabilitas kehidupan saat ini. Dalam benak saya, ketika saya harus PPL di tahun depan lagi, maka akan menghambat rencana kelulusan yang telah di rancang jauh sebelum kejadian itu terjadi.



Apa akibat dari ketakutan itu? Jadi susah makan, bad mood, kepikiran terus-terusan, pokoknya kita jadi memikirkan sesuatu yang belum tentu itu yang akan terjadi nanti. Namun ketika bisa memberanikan diri untuk menghadapinya, seburuk apapun dapaknya, setidaknya kita telah memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan. Dan ternyata apa hasilnya? Tidak sesuai dengan ketakutan-ketakuan yang menjalari pikiran yang berdampak pada kestabilan kehidupan. Diomelin sebentar, RPP diterima, ditandatangani, allamdulillah aal izz well ^_^



Ternyata ketakutan itu hilang, bahkan menjadi ketakutan yang berlebihan saja ^_^



Alhamdulillah, dengan doa, usaha, tawakal dan sedikit saja keberanian untuk menerima kenyataan, semua ketakutan sirna ^_^





Ada contoh lain dari ketakutan itu sendiri. Kadang, saya takut untuk pergi ke dokter. Saya takut untuk mendengar vonis dari dokter atau saya takut mendengar analisa dokter akan penyakit yang saya derita. Padahal, kalau saya tidak ke dokter, usaha apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi sakit yang saya derita itu? Intinya adalah saya tidak siap dan tidak berani untuk menghadapi penyakit yang saya derita, dan saya terus menerus dihantui oleh pertanyaan, kira-kira saya sakit apa ya? Padahal mungkin saja penyakit yang sebenarnya tidak seseram yang saya bayangkan.





Contoh yang mungkin juga sering kita hadapai, kita sering mengalami ketakutan-ketakutan yang itu belum akan terjadi. Misalnya, saya takut dengan tanggal tertentu atau momen tertentu yang dimana anggapan saya adalah pada saat-saat itu saya akan merasa rapuh, atau merasa sakit atau hal-hal lain yang mungkin akan menguras emosi -ceilah-. Sehingga ketika saya dari sekarang memikirkan momen-momen "danger" itu, saya merasa masa disaat saya memikirkan hal itu, maka disaat itu bisa jadi saya mengalami ketidakstabilan kondisi. Padahal belum tentu kejadian pada momen itu adalah seperti apa yang saya takutkan, bisa jadi saya akan baik-baik saja saat itu. Dan seringnya, itu terbukti benar., bahwa saya baik-baik saja ^.^/



Jadi akhirnya saya berpikir, untuk apa saya memikirkan hal-hal yang berlebihan akan sesuatu yang belum terjadi?? Yang ada hanya menguruas pikiran, tenaga, waktu, hmmmm apa lagi ya yang dikuras? :D dan membuang-buang energi saja. Apalagi ketka waktu kita hanya dihabiskan untuk berlarut-larut memikirkan tanpa mencari solusi alternatif dalam mengatasi ketakutan-ketakutan yang terjadi pada masa yang akan datang nanti. Sepertinya itu akan membuat kita menjadi lebih bijak dalam memikirkan dan bertindak atas persoalan yang belum terjadi, juga mengajarkan kita untuk berani menerima kenyataan sepahit apapun yang berhubungan dengan sesuatu yang belum terjadi.



Intinya adalah BERANI

Berani menerima kepahitan

Dan yang terpenting adalah berani menerima dan menghadapi kenyataan..



"Dari Sa'ad Ibnu Waqqash Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setiap selesai sholat selalu memohon perlindungan dengan doa-doa: (artinya = Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur)." Diriwayatkan Bukhari.



*Samarinda, 12 Des 2010

*Di bawah selimut dan ditemani embun pagi

[Ta'lim PW] Refleksi Ketauhidan Nabi Ibrahim As




Laporan Ta’lim PW PII Kalimantan Timur



Hari/Tanggal : Jumat, 10 Desember 2010

Pukul : 20.30-21.30 WITA

Tempat : Kediaman Yunda Nur Ayu Saputri

Mualim : Yunda Nur Annisa Rahmah

Materi : Akidah



REFLEKSI KETAUHIDAN NABI IBRAHIM AS



Bismillahirrahmaanirrahiim…



Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku." Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?"

Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?

­Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

QS Al An’am 74-83



Surah tersebut menginspirasi kita untuk dapat meneladani Kisah Nabi Ibrahim AS dalam pencariannya mencari Tuhan.

Sebagai seorang muslim wajib mengimani adanya Allah SWT. Keberadaan alam sesmesta dan kehidupan di dunia ini adalah bukti nyata bahwa Allah SWT Sang Maha Pemilik Kehidupan. Bagi-Nya, apa yang ada di langit dan di bumi merupakan bagian kecil dari kekuasaan-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang terjadi dan akan terjadi



Pada dasarnya, semua makhluk yang diciptakan Allah memiliki kewajiban utama untuk tunduk dan menyembah kepada-Nya, Allah tidak mengharapkan dan tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya karena Dia-lah Yang Maha Kaya. Justru manusialah yang sangat membutuhkan dan mengharapkan nikmat-nikmat-Nya. Rasa ketergantungan ini seharusnya tertanam dalam tiap-tiap jiwa manusia, agar manusia sadar bahwa setiap detik dalam kehidupannya adalah sepenuhnya berada dalam genggaman Allah, segala nikmat yang dimilikinya adalah milik Allah, dan setiap keberhasilannya adalah merupakan ridha Allah dan taufiq dari-Nya (QS. Adz-Dzariyat: 56).



Sejarah dan perjalanan keberislaman khalilullah nabi Ibrahim as diungkap di banyak tempat referensi ajaran Islam, utamanya dalam Al-Qur’an. Ibrahim as merupakan nabi yang cerdas yang sejak kecil telah menghadapi kerasnya hidup, bahkan hidup di tengah-tengah masyarakat yang nyaris sudah tidak mengenal Allah SWT. Masa-masa kegelapan seperti penyembahan berhala sebagai Tuhan, kesyirikan, dan pemujaan kepada dewa telah menyelimuti bumi Allah kala itu. Bila ditadaburi dari perjalanan nabi Ibrahim as, maka sesungguhnya hal ini sarat akan nilai, sikap pemurnian, dan bertauhid kepada Allah SWT dengan memperlihatkan perlawanan yang dasyhat kepada kejahatan dan tipu muslihat iblis serta bala tentaranya.



Ibrahim as digolongkan sebagai muslim yang taat, anti terhadap kemusyrikan dan beliau telah mengukir sejarah berqurban sebagai bentuk dan lambang kecintaan yang tinggi dan ketaatan yang amat mendalam kepada Dzat yang Maha Agung, Al-Qur’an meringkaskan perjalanan nabi Ibrahim as yang mulia tersebut, Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan) (Q.S An Nahal :120)



Dalam kisah perjalanan kerasulannya, ada pesan khusus yang ingin disampaikan Ibrahim as untuk ummatnya, yaitu kecintaan yang mendalam pada Allah SWT. Cinta adalah kesadaran diri (wa’yu fî al-nafs), Dorongan hati dan perasaan jiwa yang menyebabkan seorang memiliki kecenderungan yang dalam kepada yang ia cintai dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang dan penuh harap (raja’). Cinta adalah fithrah bagi manusia, ajaran Islam pun mengakui akan hal ini (Q.S Ali Imran 14) oleh karenanya Islam mengaturnya sehingga cinta itu menjadi cinta yang mulia. Bagi insan yang bertakwa, cintanya terpaut mendalam hanya kepada Allah SWT, “..... adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 165)



Maka sungguhlah indah dan alangkah nikmatnya jika bentuk cinta seperti ini menjadi karakter dalam diri kita semua. Rasulullah SAW telah menujukan jalan dalam hal ini, yaitu mengikuti ajaran dan sunnahnya. Subhanallah. Allah SWT pun akan mencintai kita (hubban), menyayangi kita (rahîman), melindungi kita (himayah), memelihara dari mara bahaya bagi diri dan iman kita, bahkan Sang Khalik akan menberi ampun atas dosa dan kesalahan ( maghfirah).

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali-Imran: 31)



Menjauhi Syirik, Sikap Agung Ibrahim as

Amal yang sangat di benci Allah SWT adalah Perbuatan Syirik, yaitu sebuah bentuk penyimpangan prinsip hidup yang amat dahsat yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Arti Syirik dalam Islam adalah menyekutukan Allah SWT baik pada Ubudiyah (perkara ibadah) maupun Uluhiyah (aspek ketuhanan). Secara umum hal ini dapat berbentuk seperti ritual-ritual kepada sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan ghaib selain Allah SWT, bisa juga berupa penyembelihan, yaitu pemberian sesajen kepada sesuatu dengan mengharapkan satu lain hal dalam hidup ini. Kemusyrikan menjadi sejarah kelam dalam perjalanan hidup ummat manusia ini, dan menjadi titik hitam yang kerap terjadi diantara tradisi dan budaya hidup manusia.



Kesyirikan yang dikenal dalam Islam ini belum terjadi pada ummat manusia sebelum nabi Nuh as (Ulama Ibnu Abbas dan Ibnu Qoyim berpendapat sama dalam hal ini). Rentang masa kehidupan antara nabi Adam as dan Nuh as adalah sepuluh abad, dimana dijelaskan oleh banyak ayat Al-Qur’an bahwa manusia masa itu masih bertauhid kepada Allah SWT dengan baik, belum terjadi perselisihan tentang Allah SWT.



Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. (QS. Al-Baqarah: 213)



Manusia dahulunya hanyalah satu umat, Kemudian mereka berselisih. kalau tidaklah Karena suatu ketetapan yang Telah ada dari Tuhanmu dahulu, Pastilah Telah diberi Keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (QS. Yunus: 19)



Petaka kesyirikan yang menghampiri manusia adalah diawali dengan perbuatan memuja secara berlebihan, bahkan berdoa dan berharap kepada orang-orang shaleh yang telah meninggal pada awal-awal kenabian Nuh as akan sesuatu hal dalam kehidupan mereka. Kelakuan ini berkembang dan bervariasi bentuknya menjadi penyakit serta merusak mental manusia dari masa ke masa berikutnya. Iblis secara utuh telah berhasil memperdayakan manusia dan merusak tauhidnya. Akibat ulah Iblis ini, manusia terpisahkan dari Rabb yang sesungguhnya, Allah yang selalu dipuja, Allah yang selalu memberi rejeki, memberkahi, dan mencurahkan nikmat-nikmat-Nya. Oleh karena itu, diutusnya nabi dan rasul laksana rantai yang tak terputus dan berakhir pada khatâm al-Anbiya’(penutup) yaitu Muhammad SAW, adalah untuk menyampaikan ajaran Tauhid yang satu dari Tuhan yang satu, dan Dia adalah Allah SWT.



Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya) (Q.S As-sura : 13).



Perbuatan syirik merupakan bentuk kedzaliman kepada Allah SWT dan digolongkan sebagai dosa besar. Allah SWT menghukum perbuatan syirik di dunia dalam bentuk tidak adanya maghfirah sebelum bertaubat, diputihkan/dianulir semua amal kebaikannya, seiring itu juga diabaikan Allah dan tidak diberi pertolongan. Adapun hukuman di akhirat adalah diharamkan baginya mencium harumnya surga dan dicampakan diri mereka ke dalam neraka.



“janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q. S : Lukman 13)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar” (Q.S. An-Nisa: 48)

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. Al-Maidah: 72)

"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Q.S. Az-Zumar: 65)



Refleksi Ketauhidan Ibrahim as di Masa Sekarang

Kisah dan syari’at nabi Ibrahim as bagi ummat nabi Muhammad saw ternyata bukan tanpa maksud. Dalam banyak suratnya, al-Qur’an mengungkapkan tentang keshalehan, ketaatan, keberanian, dan kecerdasan nabi Ibrahim as, namun di atas semua itu adalah kisah ini memperlihatkan bentuk ketakwaan Ibrahim as kepada Allah SWT dalam usahanya mencari prinsip-prinsip tauhid dan dengan sikapnya yang tegas dan berani menghadang nilai dan perilaku syirik masyarakatnya, An-nahyu anil mungkar, walâ ta’âwanu ala ‘udwan. Bagi Ibrahim as keberanian mengoreksi kesalahan pengabdian ummat dimasanya adalah domainnya sebagai muslim yang taat yang telah dikaruniai pemamahaman Tauhidnya yang murni. Kisah ini memiliki dua pengaruh positif untuk manusia sesudahnya, terutama ummat nabi Muhammad saw. Pertama, adalah Ibrahim as telah melahirkan kesadaran yang panjang bagi manusia tentang urgensi tauhid yang murni, tidak bercampur sedikitpun dengan kesyirikan. Kedua, kisah Ibrahim as menjadi simbol penghormatan dan penghargaan yang tinggi di sisi Allah SWT. Allah SWT memuji hamba-Nya lantaran kebersihan tauhidnya, berbekal tauhid yang bersih dan benar akan membimbing manusia ke dalam bentuk ibadah-ibadah dan ketaatan yang ikhlas.



Pada masa sekarang, aspek-aspek perusak tauhid sangat bervariasi meski tidak seperti masa Ibrahim as, lain lubuk lain belalang. Hal inilah yang menjadi tantangan untuk ummat Islam, khususnya ummat Islam Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Budaya dan tradisi kuno kembali bermunculan dan menampakkan diri, seperti adanya komunitas-komunitas pemuja setan, komunitas paranormal yang sedikit demi sedikit menggeser tauhid yang bersih, komunitas pencinta sesajen, sesembelihan yang dikaitkan dengan selain Allah, dan tradisi-tradisi yang menyekutukan-Nya. Demikian pula dengan bermunculannya penyimpangan-penyimpangan ajaran Islam, nabi-nabi palsu, para intelektual yang cenderung bebas nilai, pencitraan yang menyudutkan Islam, provokasi kartun nabi Muhammad SAW, film-film fitnah Islam, bahkan terusiknya kenyamanan di negara–negara minoritas dan lainnya.



Pada dasarnya, tauhid yang dibawa Ibrahim as memiliki nilai yang universal, bukan sebatas pada kepercayaan, tetapi tauhid yang mampu melahirkan amal, menggerakkan, dan mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan ummat sesuai masa dan kebutuhan zamannya. Inilah fungsi sekaligus tantangan untuk berkarya dan mengabdi bagi setiap mukmin, keluarga mukmin, dan lebih luas lagi untuk komunitas dan masyarakan muslim.



Zaman berubah, musim pun berganti, dengan kondisi muram wajah ummat Islam saat ini, terutama dalam hal peningkatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan ummat Islam, serta hal-hal lainnya, mayoritas ummat Islam hendaknya memulai amal jama’i dalam al-amr bi al-ma’ruf, wa ta’âwanu ala al-birri wa taqwa.



Maka dengan pemahaman Tauhid yang benar, rasa kecintaan pada Allah SWT dan Islam akan melahirkan mukmin sejati yang siap berbuat banyak untuk ummat dan agama melalui berbagai amal baik. Lembaga ataupun pribadi, dari surau-surau hingga masjid, dapat mencintai saudara seimannya dari berbagai lapisan.



“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)” (QS. Al-Ahzab:23)



Membahayakan aqidah

Aqidah dalam Islam sangat prinsip, esensinya adalah tauhid. Nabi Muhammad SAW memprioritaskan pembinaan aqidah umat, agar iman kaum muslimin itu benar-benar berkualitas. Hal ini sangat diutamakan dalam ajaran Islam. Mengapa? karena hal ini merupakan pondasi yang sangat mendasar di hati umat Islam.



Aqidah adalah sesuatu yang sangat tingai nilainya bagi seorang muslim Dengan aqidah yang kuat seorang muslim akan memiliki sikap yang teguh pendiriannya (istiqomah) di dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari. Maka nilai aqidah bagi seorang muslim itu tidak dapat ditukar dengan uang, harta, bahkan nyawa sekalipun.



Tetapi terkadang aqidah (keyakinan atau kepercayaan) ini bisa goyah dan luntur dengan adanya berbagai aliran pemikiran dan paham yang terus berkembang dan muncul di masyarakat, yang dapat melunturkan nilai-nilai aqidah Islamiyah, sehingga menimbulkan banyak tantangan dan problem umat.



Tantangan Menghadang

Ajaran tauhid (aqidah) sangat fundamental, yang perlu perhatian utama bagi umat Islam, sehingga tetap terjaga kesucian dan kemumiannya sekalipun banyak tantangan-tantangan yang timbul dan terjadi di kalangan umat Adalah Iblis menjadi musuh bebuyutan manusia sejak Nabi Adam AS sampai hari kiamat kelak. Bahkan Iblis bersumpah untuk dapat menjerumuskan Nabi Adam AS dan keturunannya. Hal ini menjadi tantangan yang dihadapi manusia. Selain itu ada juga tantangan yang dapat merusak terhadap nilai-nilai aqidah seperti halnya animisme, dinamisme, pluralisme, liberalisme, sekularisme, dan sinkretisme.



Menurut Indrawan WS dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, animisme adalah kepercayaan yang beranggapan bahwa semua benda mempunyai roh dan memiliki kekuatan. Demikian pula dengan dinamisme hanya beda-beda tipis antara keduanya, sehingga muncul anggapan dan kepercayaan terhadap tempat-tempat dan benda-benda khusus seperti keris, tombak dan jimat.



Pluralisme ini juga disuntikkan terhadap kaum muslimin dengan tujuan utamanya adalah agar kaum muslimin beranggapan semua agama itu benar, padahal kebenaran mutlak hanya satu, itulah dinul Islam. Sekularisme merupakan suatu paham yang memisahkan agama dari kehidupan (bernegara). Membangun struktur kehidupan di atas landasan selain dari Islam.



Islam Agama Dakwah

Islam adalah agama dakwah yang sifatnya universal dan selalu ‘up to date’ setiap saat Islam tentu mampu memberikan solusi dan jawatan agar umat ini tetap berpegang teguh terhadap kebenaran yang mutlak yaitu Dinullah (Islam). Akhimya kita berdoa semoga aqidah kita murni, keimanan kita semakin mantap, nilai keislaman kita semakin meningkat dan nilai keberagamaan kita semakin kuat.



Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Ali Imran: 147).



****************

Kesimpulan yang dapat diambil dari Mualim adalah, agar kita dapat meneladani Nabi Ibrahim AS dalam merefleksikan ketauhidannya kepada Allah SWT dengan cara:

1. Mencintai Allah SWT dengan sebenra-benarnya cinta (Q.S. Al Baqarah:165)

2. Menjauhi syirik dengan segala bentuk kesyirikannya (Q. S : Lukman 13)



Refleksi ketauhidan yang dapat kita lakukan pada saat sekarang adalah dengan senantiasa memperbarui syahadat kita dan merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga memiliki tantangan dari hal-hal yang dapat merusak terhadap nilai-nilai aqidah seperti halnya animisme, dinamisme, pluralisme, liberalisme, sekularisme, dan sinkretisme.

Semoga Allah merahmati kita semua.



“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” Q.S Al Fatihah:6-7



Sumber :

1. http://dinnirasjid.blogspot.com/2009/11/refleksi-ketauhidan-nabi-ibrahim-as.html

2. http://mimbarjumat.com/archives/19

[Taujih Part II] La Taghdob Walakal Jannah



La Taghdob Walakal Jannah.



Sebagai seorang manusia biasa, pastinya kita pernah mengalami situasi yang membuat kita marah. Siapapun kita, tentu saja pernah merasakan sakit hati, kecewa dan marah.



Pagi ini, seorang saudari memberikan taujihnya pada sebuah lingkaran kecil yang -semoga saja- kehadiran lingkaran tersebut untuk mengharapkan ridha Allah dengan niat untuk mengkaji dan menuntut ilmu. Seorang saudari yang menceritakan mengenai hakikat marah. Ia menceritakan sebuah dialog antara seorang anak dan ayahnya mengenai sebuah tema, yaitu marah.



******



"Ayah, tolong beritahuku tentang hakikat marah." Ujar anak kecil tersebut kepada ayahnya.



Sang ayah tidak langsung menjawab pertanyaan anaknya, namun ita mengajak ke belakang rumahnya, dimana terdapat sebuah tembok besar disana.



"Ayah akan menjawab pertanyaanmu tapi sebulan lagi. Nak, sekarang coba kau lihat tembok besar itu."



"Apa hubungannya tebok besar dengan marah ayah?"



"Ayah mau kau mengikuti perintah ayah. Selama sebulan, ketika kau sedang marah dan melampiaskannya kepada orang lain, maka tancapkanlah paku dengan menggunakan palu ini pada tembok itu." Kata ayahnya sembari memberikan palu dan paku kepada anaknya tersebut.



Benar saja, sang anak kemudian mematuhi perintah ayahnya tersebut. Ketika ia sedang melampiaskan kemarahannya pada siapaun itu, baik kepada temannya, ibunya, atau siapapun yang ditemuinya, maka setelah itu ia menancapkan paku pada tembok besar di belakang rumahnya.



Sebulan kemudian, ia kembali menemui ayahnya di belakang rumahnya tersebut.



"Ayah, aku sudah memenuhi perintahmu. Sekarang lihatlah tembok itu, sudah penuh dengan tancapan paku."



"Anakku, sebelum ayah menjelaskan kepadamu mengenai hakikat marah, maukah kau mengikuti sekali lagi perintah ayahmu?"



"Hmmmm, baiklah ayah. Apa permintaan itu?"



"Ayah akan memberitahumu tentang hakikat marah sebulan lagi. Selama sebulan kedepan, kau harus berjanji kepada ayah untuk meminta maaf kepada orang yang pernah kau buat marah. Setelah kau meminta maaf, kau harus mencabut paku tersebut satu per satu hingga semua paku yang ada di tembok itu terlepas."



Karena anak tersebut penasaran dengan penjelasan ayahnya tentang hakikat marah, maka ia mengikuti apa yang diperintahkan ayahnya.



Sebulan telah berlalu, dan kemudian anak tersebut kembali menagih penjelasan ayahnya tentang hakikat marah.



"Lihatlah ayah, aku telah melaksanakan perintahmu. Aku telah meminta maaf dan paku-paku tersebut telah terccabut semua dari tembok itu." Kata anak tersebut.



"Wahai anakku, dengarlah penjelasan ayah. Sekarang kamu lihatlah tembok tempat kamu menancapkan paku itu. Pada mulanya, tembok tersebut mulus dan bersih dari cacat. Namun kamu lihat apa yang terjadi, ketika kamu marah dan menancapkan paku, seusungguhnya kamu telah menancapkan paku kepada orang yang kamu sakiti ketika kamu marah. Dan ketikapun kamu telah meminta maaf kepada orang yang kamu sakiti, maka sesungguhnya kamu tidak dapat mengembalikan perasaan dari orang yang kamu sakiti itu, ssekalipun kau sudah meminta maaf padanya dan permintaan maafmu diterima."



Sang anak tertegun.



"Oleh karena itu anakku, maka kau harus berhati-hati ketika marah. Jangan sampai dengan marahmu itu kau melukai hati saudaramu sendiri, jangan sampai kamu menyakiti hati orang lain. Itulah hakikat marah anakku."



********



Subhanallah, wahai teman-teman semua,.. Benarlah bahwa kita diminta untuk jangan marah,



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

[رواه البخاري]



Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhori) Hadits Arba'in No 16



"Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan." (HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)



Teman-teman, mari kita menjaga diri kita dari sifat kemarahan, karena sesuai dengan Hadits Rasulullah saw bahwa "Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : 'Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.' (HR. Bukhari dan Muslim). Menjadi pribadi yang pemaaf, tidak mudah marah, dan marilah kita menjadi orang yang kuat ^.^/



*saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan ya,....

*ditulis dengan bahasa sy sendiri,....

*mohon maaf apabila ada salah kata dan perbuatan,....

*Samarinda, 11 Des 10

[Taujih Part I] Tentang Surga




Di sudut tempat yang berbeda, tiga tahun yang lalu. Peran yang dilakoni pun berbeda, walaupun formasinya masih tetap sama. Aku bersemangat menimba ilmu dalam lingkaran majelis ilmu. Namun yang aku ingat sekarang, bukanlah materi yang disampaikan pada saat itu, bukan pula teman-teman dalam kelompok itu. Yang masih terbersit alam ingatan dan sedikit mengusik dalam kalbu adalah sebuah tema taujih di siang itu.



"Di sini kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi"



Seorang asisten mentor memberikan taujihnya di siang yang terik itu. Temanya ringan, walau aku lupa-lupa ingat tentang detail materi yang ia sampaikan waktu itu. Intinya tentang surga. Dari kutipan sebuah buku yang aku lupa judul maupun covernya. Sang asisten mentor menceritakan tentang gambaran penghuni surga, serta ciri-cirinya. Aku terkesima, entah aku saja ataukah teman-temanku yang lain terbius dengan fatamorgana surga yang keluar dari lisannya.



"Bahwa ketika kita menginginkan menjadi ahli surga, maka bayangkanlah surga di setiap ingatan kita. Bayangkan kita menjadi penghuni surga, hadirkan surga dalam cita-cita kita, selain tentunya mengharapkan Ridha Allah."



Sebuah kalimat singkat penuh makna.



Jika aku mengingatnya, jika aku menghadirkan surga dalam dekapan mata, tanpa sadar akupun mengingatnya. Seorang pemberi taujih yang tak ku lupa wajahnya.



Aku kini merindu surga. Pun semoga kalian yang dulunya ada di lungkaran itu juga.



"Semoga kita semua dikumpulkan dan dipertemukan kembali dalam surga-Nya"



Kalimat singkat itu, masihkah kau mengingatnya wahai mba pentaujih....



Dalam doa, dalam sadar, aku meng-amin-kan doa itu.

2.12.10

(Cerita Sangat Pendek) Adikku, Berhentilah Bermain-main

Siang yang terik itu, kau menghampiriku dengan penasaran yang tinggi setelah aku pergi menemani persalinan seorang keluarga.

''Mbak Cha, melahirkan itu susah kah?''

Sedikit terkejut mendapat pertanyaan dari seorang gadis belia berusia kira-kira 15 tahun. Pertanyaan itu, sungguh membuatku tersentak dan memberikan isyarat akan kabar burung yang terdengar pahit di kalangan tetangga. Ku amati wajah polos gadis belia itu sembari mengamati perubahan biologis pada tubuhnya.

''Mbak Richa ga pernah melahirkan, coba kamu tanya Mbak Irma kalau nanti dia pulang'' jawabku, antara sedih, bingung, kasihan, yang jelas ribuan tanda tanya berkecamuk dalam pikiranku.

Selang beberapa minggu, pertahanan untuk berkhusnudzhon itu runtuh juga ketika sebuah undangan mampir ke rumah. Seminggu lagi, gadis mungil bernama Bunga itu akan menikah.

Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair

''Adik kecilku, ingin ku katakan sebuah nasihat kepadamu, janganlah lagi bermain-main dengan sebuah ikatan yang sangat kuat, maafkan mbak Richa, seorang yang pernah kau anggap kakak yang tanpa mampu mencegah ini terjadi. Seandainya ku bisa mengulang waktu, namun itu sepertinya tidak mungkin, semoga kisahmu menjadi pelajaran buatku, dan buat teman-teman seusiamu. Satu pesanku, pelajari ilmu matangkan, jadilah ibu yang baik bagi anakmu kelak''

Dan nasehat itu, belum mampu aku sampaikan padamu. Maafkan aku tak mampu menjadi kakak yang baik untukmu.

Puisi Keraguan

Aku ragu akan sesuatu yang aku ragu,..

Aku ragu terhadap keraguan yang mejalariku,..

Aku ragu dan meragukan keraguanku...



Intinya hanya satu,..

Ragu (titik)



Aku ragu bawa aku mampu menepis rasa ragu itu,..

Aku meragu atau keraguan yang masih aku ragu,..

Aku ragu karena mungkin diawali dengan keraguan itu,..

Aku ragu...



Jangan membuatku ragu atas setiap keraguan yg terjadi dlm diriku..

Jgn membuatku bertambah ragu,, karena tak ada yang menepis keraguan itu..

Jangan membuatku ragu, karena tidak ada jalan apapun yang akan di bangun di atas keraguan...



"ya muqallibal quluub, tsabbit qalbi 'alaa diinik"

Renungan Pagi Tentang UTS dan Munakahat


Pagi ini aku mengawas ujian tengah semester di SMK. Ditengah hujan yang membasahi bumi Samarinda, aku menderu motor dengan semangat yang telah dibangun sejak sebelum tidur.

Dapat ruang 16 di kelas XII, aku menemukan atmosfer ujian yang baru dan aneh. Mungkin karena di awas oleh mahasiswa PPL, atau karena memang kesolidan kelas sudah terbangun sedemikian kuatnya sampai-sampai harus kerjasama dalam ujian. Hufht, anyway, aku malas merusak keindahan pagi ini dengan marah-marah nggak jelas.

Aku bagikan lembaran soal dan kertas jawaban pada mereka. Owh, pelajaran pertama Agama Islam, dan pelajarannya tentang Munakahat. Pertanyaannya mudah-mudah kok, yang jelas pastinya tentang pernikahan, dan dua soal yang sering terjadi di kehidupan sekarang, mengenai pendapat mereka tentang married by accident dan foto pra wedding. Tapi ya itu tadi, mau pelajaran apapun itu, kalau mereka nggak belajar ya nggak bisa jawab. Ribut lah yang terjadi di kelas.

Segerombol siswa di pojok kelas aku hampiri,
"Ayo jangan ribut." kata pamungkas yang pastinya sulit dilaksanakan.
"Soalnya susah bu." celetuk mereka.
"Gampang kok, tentang nikah aja masa gak tau?"
"Kita kan belum nikah bu."
"Ckckckck kalian ini, masa pacaran aja bisa tapi nikah gak tau?" candaku sambil terus berpatroli mendatangi segerombolan siswa lain yang juga ribut. Dibalas garukan kepala oleh mereka.

Hemm, kembali ke soal. Beberapa menit berlalu, beberapa siswa mengumpulkan jawaban yang sudah selesai. Ku perhatikan jawaban mereka, terutama dua soal yg terakhir. Hemm, waaaw, betapa terkejutnya aku, ternyata masih ada aja yang tidak mengerti bagaimana hukumnya nikah karena kecelakaan. Ada yang bilang boleh untuk melindungi sang anak, ada yang bilang boleh tapi nanti kalau melahirkan nikah lagi kalau nggak bisa zina seumur hidup. 'Anak-anak, kalau ini bukan ujian tak jelaskan ini jawaban dari pertanyaannya.' Tapi nga mungkin lah soal ini keluar kalau belum dijelaskan sebelumnya? Jangan-jangan ngga perhatikan kalau guru menjelaskan.

Anak-anakku yang cerdas, andai kalian memahami bahwa belajar itu adalah untuk memahamkan kalian akan sesuatu yang belum kalian ketahui, maka kalian akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru, yang tidak hanya berguna jika pelajaran itu muncul di ujian, tapi menjadi ilmu dalam kehidupan. Jika kalian mengetahui, bahwa ilmu agama yang kalian pelajari adalah bekal bagi kehidupan, tidak hanya kehidupan kini saja, juga nanti. Wa bil khusus ilmu tentang munakahat, adalah bekal bagi masa depan kalian, sebagai pengantar agar kalian lebih bertanggung jawab terhadap keluarga kalian nantinya. Dan tentang soal no 4 itu, sebenarnya untuk membuka cakrawala berpikir kalian bahwa MBA bukan berita baru lagi bagi remaja saat ini. Saya yakin, guru kalian sedang memberi bekal untuk kalian agar tidak terjerumus dalam perilaku yang menyimpang dan tidak sesuai dengan norma manapun. Semoga ilmu yang kalian pelajari menjadi barokah, dan mampu di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

*10 Nov 10*

Dalam Persimpangan

"ku titipkan cahaya terang, tak padam di dera goda dan masa."

ketika Kau memberi ujian, maka Kau beri pula jalan untuk melaluinya. Aku jadi teringat beberapa bulan silam,. Kau beri jawaban sebelum ujian datang.. Jika itu ulangan, maka betapa dimudahkannya aku?.. Ya, dan aku melangkah bersama jawaban dariMu.

Namun ternyata ujian ada di tengah jalan. Kaki kaki lemahku yang semula berlari, diterpa batu dan rintangan berduri. Namun aku masih kuat berdiri. Walau akhirnya harus aku yang tinggal sendiri. Aku terus berjalan dan sesekali berlari. Menyusun strategi dan rencana mengunggah mimpi. Menjaga agar lilin harapan tak pernah padam, diterpa angin dan ujian yang menghantam. Karena aku percaya, ku mencoba investasi jutaan kebaikan.

Ketika kini ku terdiam, entah karena kaki lelah melangkah, atau lilin tak mampu menyala dengan indah, ataukah asa yang terancam punah? Atau ini semua akumulasi dari rasa lelah.. Dan mungkin semua itu adalah jawabannya...

Yang kini telah rapuh dalam berjalan, ku kembalikan semua kepada Tuhan, ku serahkan padaNya jalan mana yang Ia pilihkan. Aku dalam persimpangan.

Tipe Berdasarkan Golongan Darah

# GOLONGAN DARAH O Tempramentnya : - Berorientasi pada tujuan - Memiliki keinginan yang lurus - Tidak mau kalah - Tidak suka dikontrol - Bersifat romantis - Memutuskan sesuatu berdasarkan fakta - Mahir menggunakan bahasa yang baik - Memiliki kesadaran sosial yang tinggi Kelebihannya : - Memiliki pemikiran dan rasa cinta yang kuat - Memiliki keinginan untuk maju - Benci kekalahan - Memiliki harga diri yang tinggi - Puitis, ingin membahagiakan orang lain - Taat, Hangat, Bersahabat - Tidak banyak bicara - Keceriaan yang tidak dibuat-buat - Memberikan teladan Kekurangannya : - Suka ikut campur - Cenderung memutuskan sendiri - Tidak peduli dengan perasaan orang lain - Mudah grogi Terlalu PD saat mengucapkan opini sendiri - Kekanak-kanakan - Kurang akurat secara general - Suka berkelahi, memberontak



# GOLONGAN DARAH A Tempramentnya : - Khawatir terhadap sekeliling - Menghormati aturan, tata cara - Pemikirannya mudah berubah - Pesimis terhadap masa depan - Tahan untuk berupaya terus menerus - Tidak puas dengan keadaan sekarang - Ingin melakukan hal yang baik dalam hidupnya Kelebihannya : - Tidak mudah dibohongi - Serius, tidak mau melanggar aturan - Menghargai kerjasama tim - Tidak ceplas-ceplos - Dewasa, bertindak sesuai prinsip - Berhati-hati, bijaksana - Tegas, rapi, bersih, teratur - Berperasaan halus - Berbakat dan bermoral Kekurangannya : - Merasa benar sendiri - Kalau ngambek, lama - Suka ngotot - Sedikit keras kepala - Terlalu memusingkan apa kata lingkungan Gampang curiga - Tidak pandai dalam mengambil keputusan



# GOLONGAN DARAH B Tempramentnya : - Memiliki jalan sendiri, benci pembatasan - Memiliki pemikiran dan fleksibel - Menghargai keputusan yang akurat - Pemikirannya praktis dan spesifik - Berkonsenstrasi pada banyak hal - Selalu optimis terhadap masa depan - Sakit hatinya mudah sembuh - Gejolak perasaannya besar kelebihannya : - Simple tapi memiliki percaya diri - Hidup untuk pekerjaan dan masyarakat - Gigih, tekun - Menggunakan pengalaman sebagai sesuatu yang berharga - Berpikir positif - Berani tapi kadang kekanak-kanakan - Tidak menyembunyikan hati dengan kejujuran - Perencanaannya bersifat praktis - Kaya ide, demokratis, tulus - Tenang, gampang mengerti, menarik - Pembawaannya hangat kekurangannya : - Terkadang tidak masuk akal - Mudah dijebak - Tidak punya mimpi - Tindakannya sering berbeda dari yang lain - Banyak komplain - Tidak pasti, tidak tegas, bimbang - Kurang cermat - Suka melawan



# GOLONGAN DARAH AB Tempramentnya : - Pertimbangan dan analisisnya tajam - Pandai membina hubungan - Kontrol emosinya kurang - Berkonsentrasi tinggi tapi tidak bisa mempertahankannya - Membenci kemunafikan kelebihannya : - Ceria, manis, cerdas - Loyal, pandai, adil - Suka memberi bantuan - Berkepala dingin - Memiliki keinginan besar - Efisien, cepat dalam menangkap hal penting - Hobinya banyak - Konsisten - Sopan, rendah hati, sederhana kekurangannya : - Tekadnya kurang bulat - Tidak suka mengambil resiko - Tidak terlalu mementingkan formalitas - Kurang menyenangkan - Pandai dalam pembenaran diri - Kurang sabar - Monoton - Berkarakter ganda - Mudah menyerah - Tidak membereskan apap yang telah dilakukan - Tidak cukup kebebasan - Suka mengkritik - Sering menyakiti perasaan orang lain

Sayang. . . . . . . .

Ingatkah aku sayang...
Ketika suatu sore kau mengajakku ke tempat itu...
Kau menggenggam erat jemariku...
Kau menuntun meniti jalan berbatu...
Kita menyusuri jalan itu...
Berdua, tak ada yang mengganggu...
Dan jejak kenangan semakin memudar...
Karena aku melupakan masa indah itu...
Maaf pun terasa hambar terucap dari bibirku...

Sayang...
Belaian mesra ditengah hujan...
Juga tak mampu terlukiskan dalam ingatan..
Walau ku coba menarik semua bayang-bayang...
Tak juga sanggup mengukirkan kenangan indah itu...
Sekali lagi maaf...
Kembali ku lupakan momen cinta itu...

Dan ketika gerimis melanda...
Ku menangis memandang kelu wajahmu...
Bahkan sebelum air mata tumpah...
Kau menyekanya dengan air hujan...
Menerobos malam menjanjikan terang...
Pada sebuah episode masa depanku...
Masa depanku...
Bukan masa depanmu atau masa depan kita...
Karena katamu kau yakin dan percaya...
Masa depanmu adalah aku...

Dan lagi-lagi aku lupa...

Sayang,..
Bukannya aku tak mengerti cinta...
Namun kurasa, tatapanmu adalah cinta...
Desah napasmu adalah cinta...
Belaianmu adalah cinta...

Dan lagi-lagi...
Sekali lagi, aku lupa...

Sayang,..
Bukan ku hendak melupakan wajahmu...
Bukan ku hendak melupakan cintamu...
Apalagi ku menduakan sayangmu...

Sayang,..
Mengapa tak terbersit di benakku...
Jika nanti ku menduakan cintamu...
Menangiskah engkau mempertahankanku?
Ataukah tangisan kerelaan demi bahagiaku?
Ataukah hanya senyum getir dan tatapan nanar penghias harimu?
Karena kekasih hatimu kan pergi meninggalkanmu...

Sayang, maaf aku terlalu egois..
Membalas cinta dengan sinis..
Bahkan tak mampu tersenyum manis..
Walau kadang di hatimu tersimpan tangis..

Maaf sayang...
Maaf...
Ku tak mampu membalas sayang...
Ku tak mampu membalas cinta...
Ku tak mampu menyeka rindu..
Dan peluh di dahimu...

Akupun dalam gelapnya malam mencintaimu..
Hah? Mengapa cinta itu datang disaat gelap?
Mengapa cintaku tak mampu mengusir gelap?
Mengapa cintaku tak seterang mentari menyinari sisi gelapku, seperti cintamu?

Sayang, sekali lagi maaf...Yang mencintaimu dalam diam...

(Hah? Padahal cintanya adalah nyata..
Padahal cintanya adalah kata..
Padahal cintanya adalah perbuatan..
...Padahal cintanya adalah tanggung jawab..
Padahal cintanya adalah kasih sayang..

Namun kau hanya mampu mencintainya dalam diam?)

Terimalah pesan cinta dari anakmu,..
Untuk ayah...

23.9.10

Segelas Cappucino dan Seisi Dunia

Aku menyebutnya sugesti cappucino. Entah karena aku sedang terkena sugestiku sendiri, atau karena memang efek cappucino yang begitu dahsyat menimpa tubuhku, sehingga malam ini aku tak dapat tidur.

Lantas, apa yang aku kerjakan dalam ketidakmengantukkan ku ini? Banyak hal. Dan aku mampu merangkum seisi dunia dalam segelas cappucino. Kok bisa? Ya, bisa! Pernah mendengar cerita warung kopi dimana banyak mengalir informasi dari pengunjungnya? Mulai dari obrolan santai sampai obrolan kelas berat bak pengamat politikus ternama ada di dalamnya. Dan cerita itu mengalir dan mengental bak segelas kopi.

Namun aku tidak ingin bercerita tentang itu. Aku ingin mengisahkan tentang isi duniaku yang tercipta akibat sindrom segelas cappucino yang membuatku tidak mengantuk dan tidak tertidur. Dalam tenangnya malam, aku terjaga sambil bermimpi tentang sebuah kisah masa depan. Tentang cita-cita, harapan, impian. Tentang kisah menaklukkan dunia. Dunia mana yang ku coba taklukkan? Adalah duniaku, duniamu, dunia kita.

Ini tidak hanya sebuah mimpi, karena dalam terjaga aku menyadari bahwa kita tidak akan pernah terbangun dari mimpi ketika kita hanya mampu memimpikan tanpa mampu merealisasikan dan membangunkan mimpi itu....
26-08-10

Aku dan Kau

Aku dan Kau...

Aku bercerita kepada Kau tentang indahnya berenang mengarungi sungai yang arusnya deras itu...

Kau pun mengiyakan ceritaku...

Aku juga bercerita kepada Kau bahwa aku tidak bisa berenang...

Lagi-lagi Kau bercerita tentang keindahan itu...

Kau menyuruhku untuk mengarunginya...

Sekali lagi Aku katakan, Aku tidak bisa berenang...

Namun suatu hari, Kau mendorongku ke dalam aliran sungai itu...

Entah karena Kau tidak percaya bahwa Aku tidak bisa berenang...

Atau karena Kau yakin Aku mampu berenang dengan cepat...

Atau karena Kau bermaksud melatihku untuk cepat berenang...

Atau...

Karena mungkin Kau sudah lelah mendengar ceritaku tentang keinginan itu...

Aaah, apapun itu, Aku sekarang tenggelam...

Karena Aku tidak bisa berenang...

Aku melambaikan tangan meminta bantuan...

Namun Kau tidak bergeming, hanya menatap dari tepi sungai...

Aku meminta bantuan...

Dengan terisak aku berteriak padamu...

Namun kau malah beranjak pergi dari tepi sungai itu...

Sebelum derasnya arus membawaku, sebelum Aku pergi terseret aliran sungai itu, Aku berteriak satu hal padamu...

"Jangan biarkan aku tenggelam..."






*21.08.2010*

18.8.10

Memories Ramadhan 2006

Aku ingin bercerita tentang Ramadhan 2006. Banyak kisah yang tercipta di tahun itu. Tahun dimana aku mendaulat diriku sebagai “aktivis” hehe. Tentu saja, karena saat itulah dimana aku keluar dari lingkup Ramadhan di Sekolah. Tahun-tahun sebelumnya, Ramadhanku diisi dengan aktivitas di sekolah, terawih bersama sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah, juga buka puasa yang juga telah dijadwalkan sebelumnya. Di tahun itu, aku memberanikan diri “mendobrak” tradisi Ramadhanku. Memberanikan diri Ramadhan di luar sekolah dengan konsekuensi yang lumayan menakutkan bagiku saat itu, “satu hari tidak turun maka hukumannya menulis satu juz Al Qur’an” dan aku berhasil menorehkan cerita manis untuk dikenang pada Ramadhanku di tahun ini.

H-7 Ramadhan.
Siang begitu terik menyapa Samarinda hari itu. Di pelataran Masjid Al Ma’ruf, terlihat dua gadis berseragam SMA sedang melepas lelah. Saat itu keduanya rupanya sedang berpuasa membayar qadha puasa di tahun sebelumnya yang masih bersisa beberapa hari. Di terik matahari itu, keduanya baru saja roadshow mengelilingi beberapa sekolah di Samarinda untuk mengantar undangan kegiatan serta mengkonfirmasi peserta dari sekolah-sekolah tersebut. Dinginnya pelataran Masjid Al Ma’ruf cukup mengobati rasa lelah yang hinggap pada mereka. Setelah ini, perjalanan keduanya dilanjutkan dengan menyebrang masuk area Mall Lembuswana untuk melaporkan apa yang telah dilaksanakan hari ini kepada seorang yang begitu peduli dengan kegiatan mereka. Hari itu, persiapan kegiatan “Pesantren Jurnalistik Pelajar, Pelajar Islam Indonesia Samarinda” telah 65% terlaksana. Kedua gadis tersebut adalah aku dan sahabatku yang bernama Ayu.

H-2 Ramadhan.
Hari ini adalah hari pembukaan Pesantren Jurnalistik Pelajar. Menurut konfirmasi, ada sekitar 50 peserta yang akan mengikuti. Namun ternyata tidak sampai 20 peserta yang hadir. Ada sedikit kecewa terlintas karena kegiatan yang seharusnya mencapai target ternyata belum tersampaikan. Namun panitia tetap tidak putus asa. Tetap semangat menjadi panitia hingga nantinya acara usai. Bahkan sang ketua memarkirkan mobilnya tiga hari di lokasi untuk mengakomodir kebutuhan yang dibutuhkan oleh kepanitiaan.

Hari H Ramadhan.
Malam ini, sahurku pertama kali di lokasi kegiatan. Teman-teman yang laki-laki datang ke rumah untuk mengambil konsumsi kami. Malam itu begitu berbeda bagiku, karena saat itu adalah pertama kalinya aku menghabiskan Ramadhan pertamaku di luar rumah. Bersama peserta dan panitia lainnya kami menghabiskan menu di dini hari itu. Alhamdulillah, masih bisa bertemu dengan Ramadhan meskipun aku tidak menghabiskannya dengan ibu, ayah dan adik-adikku di rumah. Namun sayangnya, karena terlanjur pesan makanan dengan jumlah yang banyak, masih banyak bersisa. Akhirnya teman-teman PII wan berjalan untuk memberikan nasi bungkus yang berlebih tersebut.

H1 Ramadhan.
Hari ini hari terakhir pesantren Ramadhan. Sebelum kegiatan ditutup, aku, Ayu, dan Mala masih disibukkan dengan pekerjaan panitia namun juga tidak lupa mempersiapkan makalah LIT (Leadership Intermedate Training) PII yang akan dilaksanakan dua hari lagi di Tanah Grogot. Ditengah kesibukan tersebut, datanglah seorang kader Pengurus Wilayah yang mengunjungi kegiatan kami. Namun ternyata kedatangan beliau kami sambut dengan sedikit tidak ramah. Maklumlah karena kami merasa sedikit diabaikan pada saat itu, hehe. Ya namanya kader Pengurus Daerah yang pada saat itu merasa kurang mendapat perhatian, jadi ya sedikit ngambek (dan ini menjadi pelajaran berharga bagiku ketika menjadi Pengurus Wilayah untuk berusaha semaksimal mungkin mengakomodir kebutuhan teman-teman daerah :D ).

H3 Ramadhan.
Pukul 15.00, Aku, Ayu dan Mala membuat janji bertemu di Masjid al Ma’ruf. Dengan dana sisa pesantren jurnalistik, kami bermaksud untuk mengikuti LIT di Tanah Grogot. Setelah cukup lama di interogasi dengan Bapaknya Ayu mengenai mekanisme pemberangkatan kita, kami menunggu seseorang yang menjanjikan akan memandu kami hingga ke lokasi kegiatan. Namun setelah menunggu untuk waktu yang lumayan lama tidak ada yang muncul, dan ketika menghubung kakak PW yang ternyata sudah pergi duluan, akhirnya kami memberanikan diri untuk berangkat sendiri pada saat itu. Sebuah usaha yang sangat nekad menurutku karena kondisinya kami adalah rombongan perempuan yang belum pernah berpergian jauh sebelumnya, bahkan belum pernah menginjakkan kaki di tanah Paser.

Dengan bermodalkan pengalamanku pergi naik bus ke Banjarmasin bersama ayah beberapa tahun yang lalu, aku memberikan jaminan kepada dua sahabatku itu bahwa kami akan sampai di Tanah Grogot dengan menaiki bus banjar. Walhasil, akulah menjadi pimpinan rombongan kala itu. Sebelum naik ke atas bus, ibuku menelpon dan aku menceritakan kondisi kami saat itu, dan ibuku hanya berpesan untuk berhati-hati di jalan. Ternyata sampai sekarang kedua temanku itu tidak memberitahu secara jujur kepaada kedua orangtuanya kalau kami berpergian hanya bertiga. Menurut sumber dari kakak PW, katanya kami akan sampai pukul 1 dini hari, dan disuruh untuk menginap di penginapan untuk melanjutkan perjalanan esok harinya. Ketakutan menggerayangiku saat mendengar kabar itu. Tidak dapat ku bayangkan bagaimana kondisi ketiga putri cantik ini di negeri orang yang kami tidak tahu bagaimana kondisinya. Belum lagi, kami harus terjaga bergantian untuk menjaga barang-barang kami selama di bus dan agar tidak ada yang terlelap ketika kami tiba di terminal persinggahan di Kuaro. Kalau saja kami ada yang terlelap dan tidak menyadarinya, maka kami akan ikut bus hingga ke Banjarmasin. Di perjalanan, Mala mencoba memulai menghapal surah An Naba sebagai konsekuensi dari tidak ikut pesantren Ramadhan di sekolahnya. Sementara aku dan Ayu, kami menghitung berapa hari kami bolos dari terawih bersama di kelas dan membayangkan bagaimana keritingnya tangan kami menulis juz demi juz ayat Al Qur’an sebagai harga yang harus kami bayar karena tidak mengikuti kegiatan Ramadhan di SMA 2, sekolah kami.


H4 Ramadhan.
Dini hari akhirnya kami sampai di terminal Kuaro. Alhamdulillah, rupanya kami ditunggu oleh kakak PW yang pada saat pesantren Ramadhan itu kami omelin. Bersamanya akhirnya kami sampai pula di SMA 1 Tanah Grogot, tempat berlangsungnya LBT dan LIT PII Kaltim. Karena sudah dini hari dan menjelang sahur, terbersit ide gilaku untuk membangunkan sahur menggunakan toa yang dibawa dari Samarinda. Dan ternyata, ide tersebut menimbulkan kekacauan. Tidak lama berselang, datang warga yang panic dengan membawa parang akibat mendengar bunyi sirene dari toa tersebut yang dikira adalah sirne kebakaran. Aku tidak tahu bahwa sehai sebelumnya terjadi kebakaran di lokasi tersebut. Well, satu hal yang ku syukuri sampai sekarang, bahwa tidak ketahuan oleh warga kalau aku yang membuat kegaduhan malam itu :D.

Siang harinya, kami bertiga beserta Kak Ferry dari Pengurus Daerah Kukar dan Icha Pengurus Daerah Balikpapan bertemu dengan instruktur kami LIT. Beberapa tahun sesudahnya, barulah aku tahu bahwa aktivitas yang kami lakukan pada saat itu bernama screening sekaligus mengambil sebuah keputusan mengenai jadi atau tidaknya kami mengikuti LIT. Aku beserta kedua sahabat seperjalananku di PD cukup percaya diri ketika ditanya mengenai makalah dan hapalan surah serta beberapa persyaratan lainnya. Namun kondisi peserta yang hanya lima orang (dan yang satu itupun dari hasil pemaksaan) dan minim pula persiapan dari teman kami lainnya, maka dengan berat hati LIT kami batal diselenggarakan. Aku menutupi wajahku dengan makalah yang telah ku buat dan mengeluarkan air mata. Pada saat itu juga, status kami berubah, dari calon peserta LIT menjadi panitia LBT. Job panitia pun kami kerjakan, dan impian berada di local dengan mendapatkan materi pun berganti dengan obrolan sore sambil mencuci piring sembari mengamati lalu lalang peserta LBT yang antri mandi.
Berselang satu hari, aku mendengar kabar dari kakak PW bahwa ada penyelenggaraan LIT di Kalsel. Mendengar berita baik itu, aku memutuskan untuk kembali ke Samarinda untuk mempersiapkan keberangkatan kami ke Kalimantan Selatan (sebenarnya kepulanganku juga disebabkan ketakutanku akibat ulah gila yang sudah kulakukan, hehe, soalnya aku dengar ada warga yang lihat siapa pelaku keributan malam itu :D).
Beberapa hari kemudian, setelah mendapatkan kepastian penyelenggaraan LIT di Kalsel dan persyaratan LIT sudah di tangan, aku beniat pergi LIT disana. Hanya satu yang belum mendapat kepastian, masalah perizinan kedua temanku, mengingat sudah seminggu mereka meninggalkan rumah. Beruntung Ayu diizinkan orang tuanya, namun sayang sekali Mala tidak mendapatkan hal yang sama. Akhirnya kami pergi bertiga, ditambah satu teman perjalanan baru, Kak Ferry. Akhirnya ketua rombongan berganti kepada Kak Ferry, walaupun informasi perjalanan aku yang pegang kendali karena pengalamanku bersama ayah yang pernah ke Banjarmasin sebelumnya.

Setelah lebih dari 12 jam di perjalanan, kami sampai juga di Banjarmasin. Dengan dijemput oleh dua orang kakak Pengurus Wilayah Kalsel, kami diinapkan semalam karena besoknya akan pergi ke lokasi training. Perjalanan menuju Marabahan lumayan jauh, tapi bisa ditempuh pakai motor. Dan ketika sampai di lokasi training, waaaaaw! Tempatnya agak terpencil dan dekat kuburan. Jika ditanya tentang LIT kami? Jawabannya, sangat berkesaaan sekali. Banyak cerita, banyak kenangan yang tak habis untuk aku uraikan disini. Berkesan sekali. Ada suatu saat, lokasi training kami diserang kabut asap sehingga pada saat pengisian materi rata-rata kami peserta menggunakan masker atau slayer untuk metutup mulut, sehingga aku pernah dijuluki wanita bercadar. Dan saat berkesan lainnya, ketika kami sadari kalau kami pasukan dari Kaltim yang mendominasi setiap diskusi.

Seminggu kemudian, akhirnya kami mampu menambah kuota kader LIT di Kalimantan Timur. Rasa haru serta bangga menyelimuti kami berbalut rindu pada rumah. Sebelumnya tak pernah aku menghabiskan libur Ramadhanku selama ini. Akhirnya kami pulang tanpa sempat membeli oleh-oleh buat orang rumah.

Petualangan Ramadhan di tahun 2006 aku tutp dengan aktivitas terakhirku di tahun itu dengan penggalangan dana korban kebakaran di Teluk Lerong. Menjelang lebaran, aku dan teman-teman PII lainnya menggalang dana turun ke jalan dan menyalurkannya kepada korban bencana.

Hmmm, mengenang itu semua membuatku sangat rindu dengan semuanya. Mungkin benar ini yang dinamakan romantisme sejarah. Namun aku yakin, dengan refleksi ini aku berharap bisa menemukan secercah spirit dari kisah indah masa lalu yang bisa aku jadikan semangat dalam menggapai kemuliaan di bulan Ramadhan ini. Aku merindukan semua pelaku cerita empat tahun silam. Ya Allah, semoga Kau pertemukan kami semua di dalam jannahMu. Amien ya Rabb…..