Setelah berdarah-darah menulis Refleksi 2016 (yang ditulis memang yang bagus-bagusnya saja, karena yang nggak bagusnya mengendap di ingatan dalam bentuk kenangan buruk, wkwkw), saya hadir dengan Resolusi 2017. Eh, kenapa resolusinya dikasih huruf miring? Karena, menurut KBBI, resolusi artinya adalah... *jeng-jeng*
Bodo amat lah ya, yang penting kita sama-sama tahu kalau yang dimaksud di sini adalah semacam harapan atau keinginan atau target pencapaian di tahun ini Jadi, apa saja resolusi saya? Simak ya, dan jangan lupa di-amin-kan
Pertama, saya berharap tahun ini saya mendapatkan kembali kedekatan kepada Allah yang rasanya semakin menjauh. Iya tahu, saya yang menjauh. Makanya, saya akan kembali pada kondisi keimanan dan ketakwaan saya seperti dulu lagi. Ini sebuah doa yang nggak muluk tapi susaaaaaaaah sekali dicapainya
Kedua, saya mau *dirahasiakan*
Ketiga, saya punya target menyelesaikan lima judul novel tahun ini. Semoga segera menemukan ritme menulis dan terus produktif. Kalau tahun kemarin serius di genre teenlit, saya mau coba yang lebih dewasa lagi (serius, nulis teenlit itu lebih rumit dari pada nulis genre young adult atau adult). Jadi, seharusnya lebih mudah, kan? Aamiin.
Keempat, saya mau lebih produktif lagi nulis di blog, baik blog ini maupun blog buku. Kalau bisa, dua-duanya dipindahkan domainnya ke yang berbayar. Biar lebih semangat lagi nulisnya. Target nulis (kalau digabung dari dua blog) semoga sampai 150 tulisan.
Kelima, saya ingin menaikkan target baca, kalau tahun lalu 60 buku (dan berhasil 100 buku), tahun ini semoga tembus 120 buku.
Keenam, saya mau kurang-kurangi beli buku cetak. Ampuuuuuun, tahun 2016 banyak sekali buku yang saya beli. OMG! Jadi, target tahun ini yang buat beli buku cetak, semoga bisa teralokasikan untuk beli rak buku baru.
Ketujuh, semoga bisa sering silaturahmi sama teman-teman lama. Dan menjalin pertemanan kembali dengan teman-teman yang sempat terputus. Serius, beban mental saya banget setelah gagal anu untuk bisa kembali menjalin silaturahmi dengan teman-teman lama ini. Mental saya terlalu sering break down, apalagi kalau disudutkan atau disalahkan atas kegagalan saya di masa lalu itu. (Padahal saya yakin mereka nggak bakal begitu.) Semoga di tahun ini saya lebih berani! Hahaha.
Kedelapan, saya ingin traveling lagi. Semoga ini juga kesampaian.
Kesembilan, saya berharap bisa mengubah pandangan tentang jodoh, menikah, dll, dsb itu. Sebenarnya sih menghapus resolusi menikah. Namun, bukan itu intinya. Pokoknya, saya mau menjalani hidup tanpa beban, tanpa harus dipaksa mencari jodoh atau kecewa karena tahun ini masih sendiri (lagi). Fokus di karir baru saja, berkarya, dan menjalani hidup dengan indah. Kalau toh memang takdirnya ketemu jodoh tahun ini (atau bahkan sampai menikah), tidak ada jalan lain selain mensyukurinya sebagai sebuah anugerah dan jalan menuju tantangan hidup baru lainnya.
Menuliskan ini benar-benar membutuhkan keberanian bagi saya. Karena, saya yang tertutup tidak mudah begitu saja menggelar mimpi seterbuka ini. Namun, lagi-lagi, harapan saya dengan menuliskannya, akan banyak doa mengalir untuknya. Dan lagi, menulis adalah pekerjaan mengabadikan kehidupan. Anak saya kelak harus membaca tulisan ini. Dan ketika membacanya, saya harap dia tahu bahwa ibunya dulu pernah berjuang untuk keluar dari permasalahan hidupnya, dan berupaya untuk mengukirkan cerita baru dalam lembaran cerita berikutnya.
Akhir kata, selamat menjalani resolusi tahun baru. Semoga di tahun depan, semua yang diharapkan dan diinginkan menjadi kenyataan. Empat hari lagi saya ulang tahun, sudah siapkan hadiah, belum? #pesansponsor
______
Source pict, edited by me