10.9.13

Terselip Sebuah Cerita


Baru seminggu aku bekerja disini. Menerima berbagai map hasil penelitian dari peneliti, kemudian memperbaiki karya ilmiah mereka dari segi tanda baca dan penulisan EYD sesuai dengan kaidah berbahasa yang benar.  Untuk kemudian, bisa layak diterbitkan dan menjadi rujukan dan konsumsi kaum akademisi yang haus akan hasil penelitian terbaru.

Sebuah map bertuliskan Prof. Dr. Sulastri, M.Si sudah berpindah dari mejaku. Baru saja aku menuju ke ruangan beliau untuk mengembalikannya. Irisnya yang hitam dibalik kacamata menyapu halaman demi halaman penelitiannya itu. Aku mengamati wajahnya. Masih cantik. Walau telah menginjak usia lima puluh tahun, aura kecantikan beliau masih terpancar, meski kerutan wajahnya tidak dapat disamarkan. Masih sama dengan foto masa mudanya yang pernah kulihat. Beliau belum menikah. Seperti ada cerita masa lalu yang belum usai.

Kurogoh laci mejaku, mencari sebuah portrait yang kumaksudkan tadi. Tidak ada. Dimana foto itu?

Derap langkah yang berhenti di pintu ruanganku menjawab pertanyaan tadi.

“Sarah.” Suara yang biasa tegas, terdengar lirih. Foto Ibu Sulastri muda sepertinya terselip di antara kertas pekerjaanku tadi.

“Kamu anaknya ….?” Tangan kirinya memegang potret hitam putih dirinya dan seorang pemuda.

Aku tergagap, mengangguk pelan. “Bapak menunggu anda Professor, tapi …” 

Ia masih seorang lelaki dari desa yang tak berpendidikan tinggi.

3 comments: