Seorang pria bernama Ali yang sedang butuh uang meminta bosnya untuk menolongnya. Bosnya memberinya tantangan: kalau ia bisa menghabiskan sepanjang malam di puncak gunung, ia akan mendapatkan imbalan besar; jika gagal, ia harus bekerja tanpa dibayar. Kisah tersebut berlanjut:
Saat meninggalkan toko, Ali merasakan angin beku yang bertiup. Ia merasa takut dan memutuskan untuk bertanya pada sahabatnya, Aydi, apakah menurut sahabatnya ia gila karena menerima taruhan itu. Setelah berpikir sejenak, Aydi menjawab, “Jangan khawatir, aku akan menolongmu. Besok malam, saat kau duduk di puncak gunung, lihatlah lurus ke depan. Aku akan berada di puncak gunung di seberang sana. Sepanjang malam, aku akan menyalakan api unggun untukmu. Tataplah api itu dan ingatlah persahabatan kita, itu akan membuatmu hangat. Kau akan berhasil melalui malam, dan setelahnya aku akan meminta imbalan padamu.”
Ali memenangkan taruhan itu, mendapatkan uang, lalu pergi ke rumah sahabatnya.
“Kau bilang kau menginginkan semacam imbalan.”
Aydi berkata, “Ya, tapi bukan uang. Berjanjilah bahwa jika angin dingin bertiup dalam hidupku, kau akan menyalakan api unggun pesahabatan untukku.”
Saat meninggalkan toko, Ali merasakan angin beku yang bertiup. Ia merasa takut dan memutuskan untuk bertanya pada sahabatnya, Aydi, apakah menurut sahabatnya ia gila karena menerima taruhan itu. Setelah berpikir sejenak, Aydi menjawab, “Jangan khawatir, aku akan menolongmu. Besok malam, saat kau duduk di puncak gunung, lihatlah lurus ke depan. Aku akan berada di puncak gunung di seberang sana. Sepanjang malam, aku akan menyalakan api unggun untukmu. Tataplah api itu dan ingatlah persahabatan kita, itu akan membuatmu hangat. Kau akan berhasil melalui malam, dan setelahnya aku akan meminta imbalan padamu.”
Ali memenangkan taruhan itu, mendapatkan uang, lalu pergi ke rumah sahabatnya.
“Kau bilang kau menginginkan semacam imbalan.”
Aydi berkata, “Ya, tapi bukan uang. Berjanjilah bahwa jika angin dingin bertiup dalam hidupku, kau akan menyalakan api unggun pesahabatan untukku.”
[Aleph, hal 59-60]
0 komentar:
Post a Comment