7.7.15

[Babylonia] Review Bab 1 dan 2

Assalamualaikum....


Jadi, saya sudah tertarik banget sama buku ini sejak berbulan-bulan yang lalu. Sudah coba cari di Gramedia, buku ini nggak ada. Sampai pada akhirnya, iseng googling dan ketemu ada yang jual buku ini secara online. Entah kenapa ketertarikan saya sama sejarah rasanya terlambat banget..., kisah peradaban sungai Eufrat-Tigris sebenarnya sudah dipelajari di pelajaran Sejarah waktu sekolah. Entah karena dulu pelajaran sejarah sangat membosankan penyajiannya atau bagaimana (soalnya ingatnya cuma disuruh ngerjakan LKS doang sih sampai bosan, gurunya jarang menjelaskan), jadinya nggak membekas sama sekali. Padahal, mengulik sejarah peradaban itu, seperti mengurai benang akar kehidupan manusia di bumi ini.

Kenapa dengan Babylonia? Karena saya tertarik dengan taman gantungnya (cuma ingat pernah baca di buku sejarah SMA). Dan juga, bisa mengetahui bagaimana manusia-manusia dari ribuan tahun sebelum Masehi itu, menyenangkan sepertinya.

Nah, ini dia sampulnya:




Langsung saja, saya review dari bab pertama dan kedua dulu ya.


Perjalanan dari Masa Lalu


Bab pertama, judul chapternya "Perjalanan dari Masa Lalu" menceritakan tentang Saddam Husein. Awalnya bingung, tapi dari sini kemudian menarik benang merah ke belakang, bahwa kita belajar dari sebuah perjalanan sejarah yang panjang. Perang Iran-Irak bukanlah suatu perselisihan yang terisolasi. Justru perang tersebut merupakan tindakan terbaru dalam perselisihan sengit yang terjadi selama berabad-abad lamanya.

Saya tertarik banget sama sungai Eufrat-Tigris. Beberapa kali dengar dari hadits tentang tempat ini, tapi yah sekadar dengar-dengar doang. Di sini digambarkan kalau tempat ini dijadikan perebutan penguasaan. Dan juga diyakinin sebagai tempat strategis lintas peradaban. Hmm, menarik.


Kerajaan Turun dari Surga


Dimulai dengan membahas tentang Eridu. Para penggemar sejarah Mesopotamia kuno tahu bahwa peradaban dimulai di Eridu, jauh di selatan, di tepi Laut Selatan (Teluk Persia atau Arab) di suatu tempat yang dikenal dengan Abu Shahrein. Abu Shahrein artinya 'Bapak dari Bulan Kembar'. Orang yang kali pertama menghuni tempat ini, membangun gubuk-gubuk gelagahnya di tepi sungai, membuka ladang-ladang untuk ditanami gandum dan jelai, kebun-kebun untuk ditanami sayur-mayur dan pohon kurma, menggembalakan ternak di padang rumput. Para pendatang berdatangan, menjadikan momen revolusioner dalam sejarah manusia.

Kuil Eridu adalah salah satu bangunan yang ditemukan oleh arkeolog dalam penggaliannya. Merupakan simbol dari suatu komunitas yang percaya pada kemajuan ideologi; suatu keyakinan untuk mempercayai kuasa Ilahi yang dipuja dan dimuliakan sebaga suatu ekspresi, penjelmaan, dan perwujudan dari ide tersebut, yakni Dewa atau Dewi Peradaban. 

Para umat pertama datang dari tempat yang letaknya beberapa mil hingga ke pinggiran Apsu, laguna Eridu. Di Eridu, perjamuan suci bisa jadi sesuatu peristiwa yang serius meskipun tidak selalu resmi. Pada suatu hari diputuskan bahwa sebuah kuil permanen bagi dewa kemajuan yang tinggal di air sebaiknya dibangun dalam bentuk kapel kecil. Sementara yang tinggal di Mesopotamia bagian selatan dan seperti penduduk lokal Arab Mrsh saat ini, menghuni rumah-rumah yang dibangun dari buluh-buluh yang dibendel dan dianyam, monumen yang mereka dirikan dibangun dari batu bata. Keputusan ini memberikan isyarat awal dari sebuah fase baru dalam sejarah.

Setiap kota di Mesopotamia telah terinspirasi dan didirikan berdasarkan dewa-dewi tertentu mereka sendiri sebagai rumah duniawi bagi para dewa-dewi tersebut.

Tidak hanya itu, nama-nama yang kita ketahui sebagai konstelasi dan simbol-simbol zodiak kebanyakan mengambil nama-naa Yunani, semua itu diwarisi dari bangsa Babylonia. Dan salah satunya, mungkin lebih kuno: di kejauhan, tampak sangat samar, namun masih gigih menggemakan kisah yang diceritakan para leluhur tentang dewa-dewi yang kuil-kuilnya berdiri megah di Eridu.

Salah satu hal-hal ajaib tentang sejarah Mesopotamia adalah bahwa sejarah yang ada menyoroti sangat banyak asal-usul yang mencirikan dunia kita dalam hal mitos agama. Tentu saja, hal itu bukan untuk mengatakan bahwa asal mula adanya agama dimulai di sini, di dataran baru di ujung Teluk. Agama tentu saja setua kehidupan manusia itu sendiri, dan hampir pasti jauh lebih tua. Namun di sini, di tanah yang baru ini, dengan kehidupan mereka yang baru, para pendatang pada umumnya memulai lagi dan mengulang kembali proses penciptaan suatu agama. Banyak dewa-dewi bangsa Mesopotamia bermunculan dari imajinasi manusia sebagai personifikasi, hipotesa, dan dari berbagai kekuatan alam.

Di kemudian hari, dewa Eridu digambarkan dalam materai berukir yang tampak sedang mengenakan jubah wol berlipat dan mahkota bertanduk yang menunjukkan keilahiannya, dengan dua arus air yang penuh ikan, mungkin untuk menggambarkan Sungai-sungai Eufrat dan Tigris, yang mengalir melalui kedua bahunya. Ketika akhirnya para terpelajar bangsa Sumeria mulai menuliskan mitos-mitosnya sekitar 2.000 tahun setelah pendirian kuil tersebut namanya pun dimunculkan. Naskah-naskah tersebut mencatat bahwa Eridu merupakan rumah bagi dewa Enki, 'Dewa Bumi', 'Raja Eridu', 'Raja Apsu'. Bahkan, kemudian Kitab Kejadian 4: 17-18 menuliskannya sebagai anak Kain: 'Dan bagi Enoch (Enki) lahirlah Irad (Eridu)'.

0 komentar:

Post a Comment