12.7.13

Cermin : Makam

 




Apa yang ada di benakmu ketika melihat pemuda dua puluh tahunan membawa boneka panda besar dan satu tas berisi kado? Seperti ulang tahun datang terlalu cepat. Apalagi bagiku dulu, seorang gadis berusia lima tahun mendapatkan boneka dan mainan adalah hal terindah.


Sayangnya, kebahagiaan itu harus ternoda dengan adegan yang terjadi selanjutnya. Ketika melihat boneka yang baru saja kupeluk dirampas dan dibuang ke selokan, mainanku dilempar ke orang yang baru saja memberinya, dan isak tangis membahana di udara. Aku meraung saat itu, karena merasa bunda merampas kebahagiaanku. Rupanya tangisanku juga beradu dengan tangis paman baik hati yang baru saja memberiku hadiah itu. 

Bagi anak kecil, mereka akan merekam dengan jelas kejadian yang amat berkesan selama masa pertumbuhannya. Aku memilih kenangan tadi. Saat itu, terlalu kecil untukku dapat mencerna dialog bunda dan paman itu. Paman itu menangis dan memohon sambil berlutut, namun bunda memukulinya tanpa menghiraukan aku yang juga menangis karena hatiku terluka hadiahku dibuang.

Sekarang aku mengerti. Butuh dua puluh tahun untuk bisa memahami peristiwa silam. Namun ternyata semuanya terlambat. Untuk memberi balasan hadiah yang belum sempat kunikmati, dan menerima penyesalannya yang belum mampu aku artikan dulu, kukirimkan rangkaian bunga, dalam ziarah jelang Ramadhanku kali ini, di atas makammu, ayah.

0 komentar:

Post a Comment