14.8.13

Cermin: Veteran

Source pict

Ada yang spesial hari ini. Sedari jam lima subuh, Bima sudah beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas mandi. Pakaian terbaiknya telah dipersiapkan, rambut disisir menyamping, sepatu sekolahnya yang sudah tua telah disemir. Hari ini, seperti tahun sebelumnya, ia akan menemani kakek pergi ke lapangan di alun-alun kota.

Sang kakek tak kalah rapi. Dikenakannya dengan bangga seragam hijau yang warnanya pudar dimakan usia. Disematkannya lencana yang tersimpan rapi di kotak kaleng biskuit, yang hanya setahun sekali dikeluarkan. Usianya menginjak kepala delapan, namun satu hari di bulan Agustus membuat semangat mudanya kembali muncul.

Hari ini yang ditunggu-tunggu Bima. Bukan hanya karena ia akan menemani kakek, atau akan melihat wajah pak gubernur, atau melihat barisan orang berseragam putih akan mengibarkan bendera. Ia juga terlalu kecil untuk memahami pembicaraan ibu dengan kakek mengenai istilah amplop tunjangan, veteran, atau sejenisnya. Baginya, jika pergi dengan kakek, ia akan diberi nasi bungkus lauk ayam. Walau harus berjalan kaki rela ia lakukan.

Namun perjalanan berhenti sebelum tempat tujuan. Tubuh kurus berseragam hijau yang digandengnya tumbang. 

“Kakek, acaranya sebentar lagi dimulai.” Tangisnya sembari menggoyang tubuh kakeknya yang renta.

Bocah itu rupanya mengerti, bahwa ada hal yang lebih menakutkan dari tidak dapat jatah nasi atau amplop tunjangan hari ini.



A short sory, dedicated for all veterans in Indonesia, and for 68th Independence Day of Indonesia.

0 komentar:

Post a Comment