17.8.09

Ketika Berharap Berakhir Bahagia

Menulis cerita adalah salah satu hobbyku. Karena dengan menulis aku mampu mengekspresiakn dan mengimajinasikan segala jalur imajinasiku. Aku suka menulis cerita berupa karya sastra seperti puisi, cerpen, bahkan mungikin novel. Dengan menulis, aku mampu mengeluarkan beban yang bertengger di pundakku. Dengan menulis pula aku menyalurkan curahan hatiku.

Kalau menulis puisi, inspirasiku tak bertepi (ngutip slogan Annida). Terkadang apa yang ada di lintasan bisa mengalir saja ku tulis. Yang penting keindahan bahasa dan kesatuan makna. Aku terinspirasi dari gaya penulisan Chairil Anwar, yang berbeda dari zamannya dimana keterikatan oleh aturan gaya penulisan masih terasa. Tapi kalau diperhatikan, aku lebih suka puisi yang ber-rima sama di belakangnya, minimal satu bait sama.

Aku juga suka menulis cerpen. Dengan cerpen, ku butuh waktu dan konsentrasi cukup dan sedikit waktu yang lebih dibandingkan membuat puisi. Sebuah cerita, terkadang banyak sisi yang aku peroleh dari kehidupan sehari-hari. Imajinasi juga bisa datang dari segala penjuru sisi kehidupanku. Terkadang sesuatu yang kurang mendapatkan perhatian dari orang lain bahkan menjadi tokoh utama dalam khayalan ceritaku. Sembari meramu cerita fiksi, terkadang kuselipkan curahan hati. Aku bisa menumpahkan banyak curhat terselubung dalam cerpen, komposisinya ya tergantung suasana hati. Suatu saat kompisisi cerita nyatanya bisa melebihi 60 persen, terkadang hanya sedikit saja atau bisa tidak sama sekali.


Aku lebih menikmati menggunakan sudut pandang orang pertama dibandingkan orang ketiga. Soalnya lebih bebas curhat dengan gaya bahasa “aku”, seolah-olah aku berbicara tentang apa yang terjadi dalam diriku, padahal ngga semua sih. Menikmati alur dalam cerita sendiri itu mengasyikkan, terutama ketika mampu menyatu dalam sedih dan bahagianya sang tokoh utama. Berasa telah memberikan jiwa pada isi tulisan. Kalau sudah merasa menyatu begitu, aku tidak lagi memperdulikan perkataan orang yang mengejek tulisanku (tapi masih membuka telinga untuk mendengar pujian, kritikan, saran atau ejekan kok) ;)

Di akhir cerita, entah mengapa aku suka membuat ending sedikit menggantung atau berakhir sedih (sad ending). Karena aku memiliki pemikiran bahwa cerita pendek hanyalah potongan kecil dari gambaran fiksi kehidupan. Dimana sebuah potogan kecil cerita hidup, hanyalah sepenggal cerita. Dan terkadang cerita tidak selalu berakhir dengan indah. Dan because life always go on, maka cerita tersebut juga –dalam sepotong kisah itu, belum berakhir, always go on.

Namun terkadang, ketika akhir sebuah cerpen itu sedih, kebanyakan penonton kecewa ;) padahal cerita sedih itu banyak kita jumpai dalam kehidupan sekitar kita. Dan kehidupan nyata tidak selalu berkisah seperti cerita cinderella atau film-film bollywood. Dan terkadang, ketika cerita telah dibuat dan dirancang, akhirnya aku buat juga berbagai episode jadi cerita bersambung dan cerita yang berhappy ending. Kadang ngga tega juga kalau tokoh ceritanya menderita.

Ya, inilah sekelumit cerita dari balik dapur redaksi,… hehe,….


0 komentar:

Post a Comment