Kangen.
‘Vina, apa kabar? Sehat?’
Aku menarikan jari pada tuts handphone untuk mengirim pesan
ke seseorang yang beribu kilometer jaraknya dari tempatku saat ini. Tepat saat
opsi ‘kirim’ seharusnya ditekan, aku malah memilih untuk ‘keluar’ sehingga pesan
sangat pendek tersebut hanya mampu memenuhi memori telepon saja.
Baru seminggu yang lalu kami bertatap muka setelah sekian
lama hanya mampu menatapnya dari jauh. Namun rasa rindu tak mampu dibendung. Wajah
teduhnya membayangiku lebih sering malam mini. Entah karena purnama sedang
bersinar sempurna, seperti cahaya yang memancar dari rautnya .
Dari sorot matanya saat itu, aku tahu dia mencintaiku,
akupun mencintainya. Kami sama-sama saling jatuh cinta, dalam diam, diam yang
mengharukan. Diam yang selamanya hanya akan tetap menjadi diam bila aku terus
diam.
Kumainkan handphoneku, entah tak sengaja satu nama itu
selalu saja menghiasi layar handphoneku, tanpa mampu aku mengirim pesan
padanya, tanpa mampu aku telepon untuk mendengar suaranya. Aku mencintainya,
aku merindukannya malam ini. Mungkin dia juga sama. Aku tidak tahu. Aku tidak
berani menyatakan perasaan ini. Apa dia akan menungguku datang kembali?
0 komentar:
Post a Comment