15.11.16

Hello Bobby, Mango Farming




Halo semuanya.

Rasanya lama sekali saya nggak posting di blog ini *sapuin debu-debu*. Jadi, tadi di jalan menuju pulang ke rumah, saya kepikiran untuk mulai aktif mengisi blog ini lagi. Yah, agar suatu hari nanti isinya bisa saya baca-baca lagi sambil menyeruput kopi.

Sebelumnya, terima kasih kepada Mas-Mas yang sudah menjual bibit mangga di sekolah tadi, yang membuat saya punya topik untuk dibahas dan dituliskan di blog ini. 

Jadi ceritanya, saat istirahat di sekolah, kami kedatangan tamu di ruang guru. Biasanya jenis tamu ini datang untuk menawarkan berbagai macam produk, mulai dari produk rumah tangga seperti panci atau wajan anti lengket (disertai demo memasaknya), alat kesehatan, atau bahkan buku. Biasanya, kalau sering kedatangan penawaran gitu saya nggak terlalu antusias. Karena apa? Kalau menawarkan panci saya bukan termasuk target marketing yang akan tertarik dengan jenis barang itu. Kalau menawarkan buku, ehm, maaf tapi biasanya nggak sesuai dengan genre bacaan saya atau saya sudah punya bukunya. Saat Mas-Mas itu datang mulanya saya juga skeptis sih, dalam hati, 'Ah, paling jual panci juga sama seperti yang kemarin-kemarin.' Namun ternyata, si Mas ini menawarkan bibit buah-buahan!

Nggak hanya saya yang tertarik, penghuni ruang guru lainnya ternyata ikutan penasaran sama bibit yang sedang ditawarkan. Apalagi pas ditanya di mana barangnya, ternyata sudah dibawa. Jadilah ruang guru kami yang nggak seberapa itu kedatangan tamu berupa bibit-bibit mangga, anggur, dan entah apa lagi tadi yang mereka bawa. Saya sebenarnya sudah kepingin punya bibit mangga sejak lama, tapi nggak pernah kesampaian untuk membelinya; entah karena nggak sempat beli, atau pas beli di tempat yang jual tanaman, nggak ada. 

Masnya memberikan penjelasan seputar teknologi apa gitu tentang buah yang berbuah sepanjang tahun dengan persilangan tiga jenis tanaman yang berbeda. Misalnya si anggur merah campur anggur hitam (satu lagi saya lupa), ditanam di liang yang sama, maka buahnya akan tumbuh terus tanpa menunggu musim, dan bisa menghasilkan tiga jenis anggur yang sama. Begitu pula dengan si mangga. Bisa juga menghasilkan mangga tumbuh terus tanpa terhenti musim asal ketiga bibitnya ditanam dalam lobang yang sama, lalu batangnya diikat supaya kambiumnya melekat. Well, sebagai bukan guru Biologi, saya sih manggut-manggut saja. Apalagi si Mas-Mas menjelaskan dengan cukup meyakinkan karena menggunakan istilah yang saya tahu (hanya sekadar tahu sih) seperti fenotip-genotip, hahaha.

Alhasil saya beli lho *yeay*. Harganya satu bibit Rp. 40.000,- ditawarkan juga beli tiga sekaligus dengan harga hanya Rp. 100.000,- saja, tapi karena sedang bokek (jujur banget yaaa), akhirnya cuma beli satu. Lagi pula, mau lihat dulu apakah saya berbakat untuk menanam mangga atau tidak (mengingat beberapa tanaman hias saya biarkan mati karena lupa disiram).

Nah, ada beberapa tips dari si Mas bagaimana caranya supaya bisa menanam dengan baik (mengingat saya dan teman saya yang beli bukan termasuk hobi bercocok tanam): Pertama, kalau mau menanam bibit cangkokan, sambungan cangkoknya nggak boleh ditimbun sama tanah. Kedua, sebulan sekali tanamannya dikasih MSG, supaya bisa merangsang pertumbuhannya. Ketiga, kalau beli bibit dengan polybag, polybag-nya jangan dilepas, karena kalau tidak tahu selanya, bisa-bisa membuat akarnya rusak dan membuat si tumbuhan mati. 

Ah ya dan katanya, mangga saya ini akan berbuah dalam waktu tujuh bulan. Hmmm, let's see apakah saya bisa memanen mangga pertama saya atau justru si mangga gagal tumbuh alias mati, hahaha. Semoga kemungkinan terakhir tidak terjadi, mengingat saya termasuk orang yang tidak telaten dalam hal tanam-menanam. Seperti halnya juga saya tidak telaten untuk rutin melakukan sesuatu (seperti mengisi blog ini), atau gagal melakukan resolusi "One Month One Plant" seperti yang pernah saya tuliskan di sini *melipir pergi*.


Dan karena saya suka memberi nama pada tanaman-tamanan saya, akhir kata saya akan memperkenalkan si bibit mangga harum-manis ini. "Say 'Hi' to Bobby."






Source pict, edited by me

0 komentar:

Post a Comment